Potret post authorBob 16 Oktober 2025

Program PASTI Tekan Stunting di Kalbar, Ribuan Warga Rasakan Dampak Nyata

Photo of Program PASTI Tekan Stunting di Kalbar, Ribuan Warga Rasakan Dampak Nyata Program PASTI berhasil menurunkan angka stunting di Kalbar dengan menjangkau ribuan warga di empat kabupaten. Foto : Istimewa.

PONTIANAK, SP - Upaya percepatan penurunan stunting di Kalimantan Barat menunjukkan hasil positif. Melalui Program Partner Akselerasi Penurunan Stunting di Indonesia (PASTI), ribuan masyarakat telah mendapatkan manfaat nyata dalam peningkatan pengetahuan gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak.

Hingga September 2025, Program PASTI telah menjangkau 2.901 orang dewasa dan 996 anak di empat kabupaten, yakni Kubu Raya, Sambas, Bengkayang, dan Sekadau. 

Sebanyak 249 kader Tim Pendamping Keluarga (TPK) telah dilatih, dan pengetahuan masyarakat meningkat hingga 94,5 persen. 

Tak hanya itu, 113 remaja peer educator ikut memberikan edukasi tentang kesehatan remaja, gizi, pencegahan anemia, dan stunting kepada lebih dari 700 remaja usia 15–19 tahun.

Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, angka stunting di Kalimantan Barat masih mencapai 26,8 persen atau setara dengan satu dari empat bayi. 

Kondisi ini menunjukkan bahwa permasalahan kekurangan gizi kronis masih menjadi tantangan serius yang berdampak pada perkembangan otak dan produktivitas anak di masa depan.

"Masalah stunting tidak hanya soal asupan makanan, tapi juga pola pengasuhan, layanan kesehatan, dan kesadaran keluarga sejak masa pranikah,” ujar Rindang Gunawati, Sekretaris Perwakilan BKKBN Kalbar, Kamis (16/10/2025).

Rindang menegaskan percepatan penurunan stunting membutuhkan sinergi lintas sektor dan pendekatan berbasis komunitas.

Menjawab tantangan tersebut, Program PASTI hadir sebagai kemitraan strategis antara BKKBN, Tanoto Foundation, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMMAN), dan PT Bank Central Asia Tbk (BCA), yang diimplementasikan oleh Wahana Visi Indonesia (WVI) hingga Januari 2027.

Program ini difokuskan pada intervensi gizi lokal, edukasi remaja, serta penguatan kelembagaan daerah untuk mempercepat penurunan stunting sesuai strategi nasional.

"Kami percaya pemenuhan gizi dan kesejahteraan anak bukan hanya tanggung jawab sosial, tetapi bagian dari pembangunan berkelanjutan. Karena itu, kami libatkan kader dan remaja sebagai agen perubahan di tingkat desa dan kabupaten,” jelas Hotmianida Panjaitan, National Program Manager Program PASTI.

Hotmianida menambahkan, pendekatan yang diterapkan bersifat adaptif terhadap kebutuhan lokal dan memanfaatkan data serta kearifan budaya masyarakat setempat.

Salah satu intervensi yang terbukti efektif adalah kelas Pos Gizi DASHAT, yang menyasar balita dan ibu hamil dengan kondisi Kurang Energi Kronis (KEK). Melalui edukasi dan praktik memasak berbasis bahan pangan lokal, banyak peserta merasakan manfaat langsung.

"Dulu banyak yang hanya fokus membuat anak kenyang, sekarang sudah paham pentingnya gizi seimbang,” ujar Elis, kader gizi di Kabupaten Bengkayang.

Perubahan serupa juga dirasakan Marsiti, ibu baduta asal Kubu Raya.

"Berat anak saya naik sekitar 500 gram setelah ikut kegiatan. Sekarang saya lebih paham menu sehat, dan keluarga juga ikut bantu saat makan bersama,” tuturnya.

Komitmen pemerintah daerah turut menjadi faktor penting dalam keberhasilan program. Di Kabupaten Kubu Raya, misalnya, Program PASTI telah terintegrasi dalam dokumen RPJMD dan renstra perangkat daerah.

"Program ini memperkuat kerja kami dalam pelatihan kader dan pendampingan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), dengan pendekatan yang berbasis data dan perubahan perilaku,” kata Ica Rusmi Julhizati dari Dinas P2KBP3A Kabupaten Kubu Raya.

Program PASTI menjadi contoh nyata kolaborasi lintas sektor dalam memperkuat sistem pelayanan gizi masyarakat dan menumbuhkan kesadaran kolektif akan pentingnya investasi pada generasi masa depan. (din)

 

Keywords

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda