Sambas,SP- Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan arti penting kesehatan, maka permintaan akan produk hortikultura dalam bentuk segar semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan diversifikasi produk olahan dari tanaman hortikultura.
Diversifikasi produk olahan dari tanaman hortikultura ini dapat dijadikan sebagai produk inovasi dan perlu dikembangkan serta ditransfer kepada kelompok unit usaha guna meningkatkan kapasitas produksi unit usaha tersebut, baik kualitas dan kuantitas. Peningkatan kapasitas produksi tersebut dapat meningkatkan keterampilan dan pendapatan bagi unit usaha tersebut. Selain itu, adanya diversifikasi produk olahan sebagai produk inovasi tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga masyarakat tidak bosan mengkonsumsi produk hortikultura baik dalam bentuk segar maupun produk olahan.
Berdasarkan hal tersebut, melalui Program Kemitraan Masyarakat, Politeknik Negeri Sambas pada Pengabdian Kepada Masyarakat, Dosen Poltesa yang diketuai oleh Susilawati, SP, MMA dan anggota lainnya yakni Sri Mulyati, SE, ME, Ketti Andrayani, MP dan Heriadi, A.Md serta empat mahasiswanya Ely Kurniati, Pilda, Rima, dan Meli membuat inovasi olahan labu kuning menjadi camilan sehat
Dikatakan Susilawati, SP, MMA Labu kuning atau waluh merupakan salah satu bahan pangan lokal dari tanaman hortikultura. Labu kuning ini memiliki kandungan gizi yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan manusia. Labu kuning merupakan bahan pangan yang mengandung vitamin A, B, dan C, mineral dan karbohidrat.
“Labu kuning merupakan pangan sumber serat dan bermanfaat untuk menurunkan risiko perkembangan penyakit diabetes, menurunkan glukosa darah, dan meningkatkan toleransi gula darah. Namun, labu kuning ini belum dimanfaatkan/diolah secara optimal. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan pengetahuan masyarakat pada kandungan gizi dan manfaat yang ada pada bahan pangan tersebut, keterbatasan keterampilan dan peralatan produksi untuk mengolah labu kuning,” ujarnya.
Agar masyarakat tidak bosan menngkonsumsi labu kuning, labu kuning bisa diolah menjadi tepung labu kuning, puree labu kuning, puding labu kuning, bolu/cake labu kuning, brownies labu kuning, cookies labu kuning, donat labu kuning, stik labu kuning, pangsit labu kuning, kerupuk labu kuning, dan dodol labu kuning.
“Salah satu kelompok usaha yang melakukan pengolahan terhadap buah-buahan, seperti buah nanas dan labu kuning di Kabupaten Sambas adalah Kelompok Wanita Tani (KWT) Latulip. KWT Latulip didirikan pada bulan Februari 2019. KWT ini diketuai oleh Ibu Suriati dan memiliki 14 orang anggota kelompok. KWT Latulip ini berlokasi di Desa Sungai Baru, Kecamatan Teluk Keramat, Kabupaten Sambas. Jarak dari Politeknik Negeri Sambas ke lokasi mitra, KWT Latulip adalah 41 Km, yang dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat maupun roda dua,” paparnya.
Kelompok Latulip ini membeli bahan baku berupa buah labu kuning dari petani setempat. Ketika panen raya, jumlah produksi labu kuning ini melimpah, sehingga harga jual produk segar pertanian daerah ini turun. Masyarakat setempat belum ada yang melakukan pengolahan terhadap labu kuning menjadi produk olahan lainnya. Labu kuning diolah menjadi dodol labu kuning. Dodol labu kuning yang diproduksi oleh KWT Latulip ini dapat dibeli pada toko-toko yang ada di Desa Sungai Baru dan toko-toko atau warung kopi yang ada di Kecamatan Teluk Keramat. Hal ini menyebabkan produksi dan penjualan produk ini biasa saja atau tidak berkembang sehingga ruang lingkup pemasaran tidak luas. Oleh karena itu, potensi bisnis dari diversifikasi produk olahan labu kuning sangat baik untuk dikembangkan.
“Adanya diversifikasi produk olahan dari labu kuning ini perlu dilakukan sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi, secara kualitas maupun kuantitas, dapat meningkatkan daya saing produk, keterampilan, dan pendapatan bagi KWT Latulip. Oleh karena itu, kami memilih KWT Latulip ini guna melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) dengan Skema Penerapan Iptek bagi Mitra (PIM) mengenai diversifikasi produk olahan labu kuning guna mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Sambas,” jelas Susilawati.
Diversifikasi produk olahan dari buah labu kuning yang akan ditransfer pada KWT Latulip ini berupa cemilan sehat yang dapat dikonsumsi oleh siapa saja, baik laki-laki maupun wanita, baik balita sampai yang lanjut usia. Buah labu kuning yang akan diolah menjadi cemilan adalah daging buah labu kuning. Daging buah labu kuning ini diolah menjadi pangsit labu kuning dan cookies labu kuning. Cemilan sehat dari labu kuning ini dapat disimpan selama 2 bulan sehingga dapat memperluas area pemasaran produk olahan labu kuning ini.
“Bahan-bahan dan peralatan yang digunakan untuk memproduksi cemilan sehat ini, berupa pangsit labu kuning dan cookies labu kuning merupakan bahan-bahan dan peralatan yang mudah diperoleh dan pada umumnya dimiliki oleh setiap rumah tangga. Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk mengolah pangsit labu kuning adalah : buah labu kuning, air, tepung terigu, margarin, garam, kaldu bubuk, bawang putih, tepung tapioka,gula pasir, telur ayam, minyak goreng, sarung tangan plastik, baking paper, serbet, dan plastik kemasan standing pouch yang ada ziplock-nya beserta label kemasannya. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat cookies labu kuning adalah daging buah labu kuning, margarin, gula halus, vanilli bubuk, tepung terigu, tepung maizena, baking powder, baking soda, spekuk/bumbu kayu manis, kuning telur, chocochips, sarung tangan plastik, baking paper, serbet, dan plastik kemasan standing pouch yang ada ziplock-nya beserta label kemasannya,” jelasnya.
Peralatan yang digunakan untuk membuat pangsit labu kuning dan cookies labu kuning, terdiri dari : pisau, telenan, baskom plastik, dandang, oven, kompor, sendok, garpu, mangkuk stainless, timbangan digital, ampia, penyangga ampia, tatakan stainless, spatula plastik, kuali/wajan, penyaring makanan, dan sodet/pengaduk.
“Peserta PKM juga aktif pada kegiatan proses produksi produk olahan tersebut, mulai dari sosialisasi mengenai arti penting diversifikasi produk olahan labu kuning dan memproduksi produk olahan labu kuning menjadi cemilan sehat, yaitu pangsit labu kuning dan cookies labu kuning sampai ke pengemasannya. Adapun tekstur dari pangsit labu kuning dan cookies labu kuning adalah gurih dan renyah, sehingga digemari oleh siapa saja. Adanya pengolahan cemilan sehat dari labu kuning ini, yaitu berupa pangsit labu kuning dan cookies labu kuning, maka dapat menarik konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi produk olahan dari labu kuning, serta konsumen tidak bosan dalam mengkonsumsi buah labu kuning,” terang Susilawati
Selain melakukan sosialisasi dan workshop mengenai diversifikasi produk olahan labu kuning, PKM ini juga melakukan kegiatan sosialisasi mengenai desain kemasan untuk produk pangsit labu kuning dan cookies labu kuning ini. Kemasan memiliki arti penting dalam pemasaran produk. Kemudian dilanjutkan dengan analisis usaha dari pangsit labu kuning dan cookies labu kuning sehingga diperoleh haga jual yang layak.
Peserta PKM dari KWT Latulip ini sangat antusias mengikuti rangkaian kegatan PKM ini. Mereka aktif berdiskusi dan turut serta dalam pengolahan buah labu kuning menjadi cemilan sehat, yaitu pangsit labu kuning dan cookies labu kuning.
“Selain itu, untuk mencapai keberhasilan usaha, maka peran kemasan, desain kemasan, dan atribut yang ada pada label kemasan produk sangat menentukan pemasaran produk. Desain kemasan harus dapat menarik konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi produk tersebut. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mendesain kemasan adalah bentuk, warna, bahan kemasan, dan tulisan yang menarik dan unik sehingga berbeda dari produk lainnya dan mudah diingat oleh konsumen,” paparnya.
“Kemasan yang bagus akan mempengaruhi harga jual produk tersebut. Selain itu, perilaku konsumen yang semakin kritis terhadap kemasan produk makanan sehingga harus mendapatkan perhatian khusus. Kemasan produk makan tersebut bisa menggunakan bahan yang ramah lingkungan, mudah dibawa, aman, tidak menimbulkan kontaminasi pada makanan, dan dapat memberikan informasi produk yang memadai. Selain faktor-faktor tersebut, maka juga harus memperhatikan kemasan yang menjadi trend bagi konsumen. Oleh karena itu, kemasan tidak hanya digunakan sebagai bahan pembungkus, tapi kemasan merupakan sarana komunikasi dan informasi tentang produk tersebut kepada konsumen. Kemasan juga merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi banyaknya permintaan konsumen dan banyaknya penjualan terhadap produk yang dihasilkan oleh suatu unit usaha. Kemasan yang tidak up to date akan memberikan kesan produk tersebut ketinggalan zaman, kecuali jika produk tersebut sudah dikenal luas dan memiliki brand awareness yang kuat,” sambung Susilawati.
Melalui pelatihan diversifikasi produk olahan labu kuning menjadi cemilan sehat, yaitu pangsit labu kuning dan cookies labu kuning, maka keterampilan dari anggota PKM ini bertambah, jenis produk olahan yang diproduksi oleh KWT Latulip ini juga bertambah, pengolahan produk pertanian ini bersifat ramah lingkungan, sehingga dapat meningkatkan volume penjualan dan dapat meningkatkan pendapatan bagi anggota KWT Latulip ini.(noi)