Sosok post authorPatrick Sorongan 03 September 2021

Ir H Hazairin MS, Ketua DPD Perpadi Provinsi Kalbar Periode 2021-2026

Photo of Ir H Hazairin MS, Ketua DPD Perpadi Provinsi Kalbar Periode 2021-2026 Ir Hazairin MS (Fotp: Antara)

KETAHANAN pangan lewat melonjaknya produksi padi bisa segera terealisasi di Provinsi Kalimantan Barat, selama inti dari berbagai upaya  peningkatan produksi tersebut, dapat menambah penghasilan dan mensejahterakan petani, selain juga semakin berperannya pihak penggilingan padi dan pedagang beras.

Paling tidak, upaya ini akan menambah luas panen padi dari total 256,58 ribu hektar pada 2020, yang terlanjur menurun 33,47 ribu hektar atau 11,54 persen, dibandingkan 2019, yang sempat sebesar 290,05 ribu hektar.

Memprihatinkan memang, jika mengacu data  terbaru Biro Pusat Statistik (BPS) Kalbar. Apalagi data ini menyebutkan, produksi padi di Kalbar pada 2020 yang sebesar 778,17 ribu ton Gabah Kering Giling (GKG), menurun sebanyak 69,70 ribu ton,  atau 8,22 persen dibandingkan 2019, yang sebesar 847,88 ribu ton GKG.

Keprihatinan inilah  yang mendasari  DPD Perkumpulan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) Kalbar untuk benar-benar menjadi organisasi bisnis agar lebih leluasa untuk mengupayakan kesejahteraan anggotanya terutama petani sebagai target/subyek dari berbagai programnya.

“Perpadi Kalbar harus tampil sebagai organisasi yang berorientasi kepada bisnis, bukan organisasi sosial-kemasyarakatan,” kata Ir H Hazairin MS, Ketua DPD Perpadi Kalbar Periode 2021-2026,  yang  juga mantan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura provinsi ini kepada Patrick Waraney Gobel-Sorongan dari Suara Pemred  di Kota Pontianak, Ibu Kota Kalbar, baru-baru ini, sebagaimana dialog berikut ini.

Bagaimana Anda melihat konektivitas selama ini antara antara petani dengan pemilik penggilingan padi dan pedagang beras? 

Hazairin: Ada kesan masing-masing jalan sendiri-sendiri: baik petani, peggilingan , dan pedagang. Itu sebabnya. saya mencetuskan sebuah program untuk menjadikan Perpadi sebagai suatu organisasi yang tujuannya dapat mengkolaborasikan semua stake holder untuk kemaslahatan semua pihak yang terlibat di dalamnnya. Terutama, tentu saja untuk meningkatkan kesejahteraan petani sebagai soko guru di bidang pertanian.

Program yang kami sampaikan ke DPP Perpadi ternyata diterima dengan baik dan diminta untuk dilakukan uji coba atau pilot project dulu. Jika berhasil, program ini bisa diterapkan di daerah-daerah lain. Tentunya, hal yang paling stretegis adalah bagaimana kami bisa berkomunikasi dengan perbankan, karena ini juga sudah menjadi bagian dari progam pemerintah pusat.

Penggilingan sebagai One Stop Service

Konektivitas seperti Apa yangAnda maksud dikaitkan dengan petani, penggilingan, dan pedagang beras?

Hazairin: Ada misi yang belum selesai ketika saya masih di pemerintahan. Saya melihat bahwa selama ini, antara petani, penggilingan padi,  dan pedagang beras, tidak ada connecting. Kalau tidak ada stok gabah dari petani, penggilangan beli dari tempat lain. Begitu sebaliknya dengan pedagang beras.

Padahal, peran dan fungsi ketiga pihak ini sangat strategis jika disinergikan secara efektif,  demi mewujudkan ketahanan pangan. Jadi, tidak hanya untuk produksi beras,  tapi dapat mengentaskan nasib petani itu sendiri.

Di beberapa negara, keberhasilan petani tak lepas dari peran swasta, semisal di Vietnam atau negara-negara maju di Asia, seperti Thailand,  Korea Selatan, Jepang dll, di mana semuanya tertata dan sistematis.

Ini artinya petani kita selama ini cenderung berupaya sendiri untuk memenuhi kebutuhannya?

Hazairin:  Kira-kira begitu. Selama ini, jika petani membutuhkan pupuk, modal usaha baik untuk membeli atau menyewa mesin bajak, traktor dan lain-lain,  pupuk, atau obat-obatan, carinya  ke mana-mana. Hampir tidak ada yang meng-arange atau membantu secara langsung.

Saya kemudian ingat bahwa keberhasilan pertanian yang berbasis  corporate farming adalah: di mana pengusahanya terjun langsung untuk membina petani melalui kelompoknya.

Nah, ini yang saya lihat sebagai kunci dari program ini. Penggilingan bisa bersinergi langsung dengan petani. Pedagang beras juga tidak langsung membeli dari petani, melainkan mendatangi penggilingan padi.

Jadi, penggilangan padi berada di tengah-tengah: Berurusan langsung dengan produsen alias petani, sekaligus berhubungan langsung dengan pedagang beras.

Kita harus bisa mengkolaborasikan antara petani dengan penggilingan padi. Kebetulan, di Perpadi ada pengusaha penggilingan dan pedagang beras. Artinya, ketika kita harus efiesien, maka petani terbantu oleh penggilingan padi, karena penggilingan padi itu sendiri,  bisa jadi pusat pembinaan dan pelayanan bagi petani.

Misalnya, untuk penanaman padi berkualitas baik jenis tertentu. Petani bisa menyampaikan kebutuhannya ke penggilangan padi, kemudian penggilingan menyampaikan kepada  kami.

Saatnya Orientasi Pasar

Sudah saatnya diberlakukan orientasi pasar lewat model kerjasama seperti ini. Jadi, penggilingan padi akan mencari sumber benih yang dibutuhkan petani sesuai dengan permintaan pasar, kemudian penggilingan menyediakan benih ke petani.

Soal alat untuk mengolah tanah, jika tidak ada, maka nanti penggilingan akan menyediakan jasa penyewaannya baik traktor untuk pengolahan tanah, transplanter untuk penanaman maupun combine harvester untuk mesin panennya sehingga lebih efisien

Saat membutuhkan pupuk, penggilingan akan menyediakan kios pupuk, obat-obatan dan semua kebutuhan lain bagi petani.

Jadi, penggilingan bisa menjadi semacam one stop servce di usaha pertanian?

Hazairin: Tepatnya begitu. Ini mungkin belum pernah ada. Misalnya jika kita masuk mal, sudah ada semuanya yang kita butuh.  Sederhana,nya, unit penggilingan padi atau rice milling unit atau RMU, berfungsi sebagai one stop service bagi kebutuhan petani dan juga pedagang beras.

Apa masalah yang paling krusial di bidang produksi padi?

Hazairin: Problemnya sekarang hanya satu, yakni teknologi. Artinya, teknologi yang bisa meningkatkan produksi, misalnya jika per tiga bulan masa panen hanya dapat tiga ton, maka dengan teknologi bisa berlipat menjadi bisa 10 ton.  Hal ini bisa dilakukan, bahkan berlipat-lipat kali hasilnya.

Ingat, Perpadi yang saya maksud ini, bukan hanya gabungan, pedagang beras dan penggilingan: Melainkan juga melibatkan teman-teman yang berpengalaman di bidang masing-masing. Ada dewan pakar, misalnya, yang akan memformulasikan teknologi apa yang tepat untuk pertanian padi  di lokasi-lokasi tertentu.

Karena itulah program DPD Perpadi  Kalbar diantaranya akan berkolaborasi dengan teman-teman yang menguasai teknologi. Umpamanya dengan PT Petrokimia Gresik, ada program Agro Solution, yang akan kita ajak berkolaborasi.

Dikawal Teknologi

Teknologi ini akan mengawal program kami. Ini harapannya. Kalau produksi kan ada one stop service-nya yakni penggilingan. Di sisi teknologi, ada kolaborasi kami dengan litbang, pakar, atau BUMN semisal dengan PT Petrokimia Gresik dan pihak2 swasta lainnya.

Semua upaya ini, tentu saja,  tak akan lepas dari pembiayaan. Bagaimana pihak Anda mengupayakannya? Apakah lewat APBD , APBN, atau semacam kredit perbankan?

Hazairin: Selama ini,  pembiayaan untuk produksi padi petani disediakan pemerintah, semisal dari alokasi kementrian terkait. Umpamanya,  bantuan benih dari dana APBD/APBN,  atau pupuk bersubsidi. Ada pula kredit perbankan,  semisal Kredit Usaha Rakyat atau KUR.

Hanya saja, walaupun pemerintah menyediakan KUR, perbankan sendiri juga ragu apakah kredit yang akan digelontorkan itu bisa tidak dikembalikan oleh petani? Apa ada jaminan bahwa petani bisa sukses, atau bagaimana jika petani tidak bisa membayar?

Lantas, bagaimana peran Perpadi agar KUR bisa  terserap dan digunakan dengan baik

Hazairin: Makanya Perpadi melalui para anggotanya khususnya pengusaha penggilingan dan pengusaha beras harus bisa mmenjamin kredit ini agar sampai,  dan berhasil bagi petani.

Ini yang sedang kami kolaborasikan dengan pihak perbankan, misalnya BRI. Jika BRI yakin  bahwa penggilangan padi bisa menjadi penjamin, baik sebagai off taker,  maka program ini bisa berhasil. Artinya,  penggilingan membeli padi dari petani. Uang pembelian  bisa dipotong dengan nilai kredit perbankan petani, kemudian dibayarkan oleh penggilingan ke perbankan.

Kredit perbankan ini bisa digunakan lewat koordinasi yang baik. Sebab,  sangat disayangkan jika kredit yang disediakan pemerintah itu, yang nilainya mencapai tiliunan rupiah, tidak bisa dimanfaatkan secara baik. petani tinggal membayar bunga enam persen dari nilai kredit.

Jika semuanya kita kolaborasikan dengan baik terkait  pupuk, obat-obatan maupun teknogi , maka bisa terwujud tujuan akhir dari program ini, yakni meningkatkan taraf hidup petani. Ini yang belum terwujud selama saya mengabdi di pemerintahan.

Di sejumlah provinsi semisal di Jawa Timur atau NTB, program seperti ini sdh mulai diuji cobakan dan cukup berhasil. walaupun sedikit berbeda formatnya.

Tolok ukur keberhasilan yang Anda maksud? 

Hazairin: Berhasil dalam arti,  produksi petani meningkat, yang otomatis pendapatan mereka juga membaik. Dengan demikian, kredit perbankan bisa dikembalikan, dan swasta yag terlibat di dalamnya juga mendapatkan manfaat, karena barang-barangnya laku. 

Jadi, semua pihak yang terlibat akan sejahtera, lewat program Perpadi. Sebab,  untuk dimaklumi bahwa Perpadi  bukanlah oganisasi sosial kemasyarakatan. Ini  organisasi bisnis. karena semua anggotanya adalah pebisnis.

Anak Muda bisa Kembali ke Desa

Jika modernisasi di bidang pertanian padi diterapkan tentunya akan memiacu anak-anak muda kembali ke desa. Menurut Anda?

Hazairin: Benar begitu. Saya dulu bersama anton pernah menemukan Teknogi Hazton, suatu teknik yang bisa diterapkan untuk padi dengan produksi di atas 10 ton.

Tapi, ketika teknologi itu diterapkan, paket teknologinya tidak lengkap, tidak komplit. Ibarat makanan, tidak ada pelengkapnya untuk menu ‘empat sehat lima sempurna’.

Nah, kita berharap bahwa dengan adanya pembiayaan  perbankan ini,  maka semua teknologi  terkait bisa diterapkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas padi, karena tidak lagi terhambat dengan dana yg bersumber dari APBD atau APBN di mana aturan administrasi menyulitkan dalam penerapannya.

APBN dan APBD bisa fokus kepada optimalisasi infrastruktur pertanian seperti sarana- prasarana baik pengairan, irigasi dan perbaikan jalan-usaha untuk tani maupun jalan produksi.

Pandemi Covid-19 belum bisa dipastikan kapan berakhir sehingga pangan sangat dibutuhkan. Jadi, bagaimana Perpadi Kalbar melihat ini?

Hazairin: Justru dalam situasi pandemi Covid-19 sekarang ini, pertanian bisa tumbuh lebih baik terkait ketahanan pangan masyarakat.  Ini harus digenjot,  karena dalam situasi ekonomi yang sulit, ketercukupan pangan menjadi kebutuhan yang utama.

Upaya menggenjot produksi pangan ini akan besar manfaatnya. Juga, kalangan muda yang selama ini lari ke kota, bisa back to village, kembali ke desa.

Ini karena sistem teknolgi pertanian modern yang tak lagi manual, sudah menerapkan sistem pertanian korporasi. Tidak lagi tradisional, misalnya, masih menggunakan pacul.

Jadi, anak-anak muda tidak lagi minder, karena mereka bisa menjadi operator mesin-mesin pertanian, umpamanya mengoperasikan traktor, mesin penyemprot hama, mesin penanaman, atau mesin panen.

Model pertanian korporasi  ini juga melibatkan teknologi digital dan mekanisasi sehingga anak-anak muda lebih mendapatkan tambahan ilmu, selain penghasilan dan kesejahteraan.

Jika selama ini hanya dihasilkan tiga ton gabah kering per hektar dikalikan dengan harga empat ribu rupiah per kilogram, maka  pendapatan petani hanya satu juta rupiah per hektar.

Tapi dengan sistem ini, bisa dihasilkan 10 ton gabah kering per hari, dan  pendapatan petani bisa sampai Rp 40 juta dengan masa tanam  tiga bulan.

Dengan demikian, anak muda tidak lagi harus lari ke kota, karena menghindar dari berpanas-panas di sawah, kemudian menjadi buruh bangunan dan lain-lain di kota dengan upah dua-tiga juta rupiah per bulan sesuai UMR.***

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda