Sosok post authorKiwi 05 November 2020

Rintis Usaha Sawit Mandiri, dari Jadi Buruh hingga Punya Karyawan

Photo of Rintis Usaha Sawit Mandiri, dari Jadi Buruh hingga Punya Karyawan Suhardi (37) warga Desa Lintang Kapuas, Dusun Mekar Sari, Kabupaten Sanggau sukses buka lahan secara mandiri

Di penghujung tahun 2010, Sudardi (37), warga Desa Lintang Kapuas, Dusun Mekar Sari, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau resah dengan profesinya sebagai buruh harian. Gaji tak tetap dan cendrung minim, sementara anak istri di rumah banyak kebutuhan yang harus dipenuhi.

Akhirnya ia memutuskan untuk bekerja sama dengan sebuah perusahaan perkebunan kelapa sawit setempat dengan sistem plasma. Saat itu luas lahan yang diplasmakannya sekitar 2,5 hektar.

Sama seperti yang lainnya, sistem bagi hasil 70 persen untuk perusahaan, sementara sisanya menjadi hak Sudardi. Dua tahun kumpulkan modal dari lahan itu, di tahun 2013 ia sudah memberanikan diri buka lahan secara mandiri dengan luas sekitar 10 hektar lebih.  

“Setelah kumpul modal baru memberani buka lahan kosong. Tapi tidak satu hamparan,” ungkapnya saat diwawancarai,  Selasa (3/11).

Sejak pertama kali dirintis, secara otomatis lahan ini membuka peluang kerja bagi warga setempat. Ia merangkul enam orang temannya untuk bekerja di lahan tersebut. Empat orang sebagai pemanen dan dua orang yang bertugas merawat lahan kebun.

Kata Sudardi, keenam karyawan ini merupakan masyarakat yang putus sekolah akibat nikah muda. Dengan kondisi itu, tuntutan ekonomi makin tinggi, lapangan pekerjaan dengan modal ijasah seadanya tidak mudah.  

“Walaupun tidak banyak yang saya pekerjakan setidaknya mereka (karyawan) bisa saya rangkul, paling tidak kebutuhan rumah tangga mereka terpenuhi. Kebutuhan sehari-hari terpenuhi, ada pendapatan bulanan. Dan rata-rata sekarang punya kendaraan pribadi, meskipun hanya motor,” ujarnya.

Sudardi menggaji karyawan ini pakai dua skema. Pertama dihitung per janjang atau tros dengan harga Rp2.500 per janjangnya. Yang kedua menggunakan skema tonase. Untuk sawit berumur di atas lima tahun akan diharga Rp150 ribu per tonnya.

“Ini di luar biaya operasional, missal rokok, bensin, minuman,” ungkapnya.

Perintis Koperasi

Dalam mengembangkan perekonomian melalui perkebunan kelapa sawit, Sudardi tidak mau maju sendiri. Di tahun yang sama saat ia membuka lahan sawit mandiri, ia juga membentuk Koperasi Tunas Famili yang menaungi petani-petani sawit di desanya.

Koperasi yang beranggotakan 101 KK ini punya peran penting dalam pengembangan petani-petani sawit di sana. Mulai dari membangun mitra ke perusahaan, hingga pemberdayaan dan pembinaan anggota kelompok.

“Pembinaan dan perberdayaan yang kita lakukan seperti penyediaan pupuk. Ini cukup membantu petani,” kata dia,

Bukan hanya itu, Sudardi yang juga bendara di koperasi ini mengatakan dengan adanya koperasi ini tidak ada lagi yang namanya sawit masyarakat ditolak. Pasalnya, dengan legalitas yang dimiliki koperasi, memfasilitasi seluruh buah hasil panen petani.

“Jadi dengan koperasi ini tidak ada istilanya sawit kita ditolak perusahaan. Semua kita fasilitasi,” jelasnya.

Meski di tengah pandemi, namun ekonomi petani khususnya sub sektor kelapa sawit di Kalimantan Barat saat ini terdongkrak denga harga Tanda Buah Segar (TBS). Sub sektor ini tercatat paling tinggi meningkatkan ekonomi masyarakat di sektor pertanian.

Hal ini pun diakui oleh Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kabupaten Sanggau, Seno. Menurut dia sejak Agustus sampai September ini harga TBS membaik dibandingkan sebelumnya. Di mana harga TBS berkisar Rp1.900 per kilogram.

“Meskipun tanggapan orang mengenai sawit ini banyak negative, namun menurut saya justru penopang ekonomi Indonesia lebih besar dari sawit. Memperkuat basis ekonomi dengan harga CPO yang merangkak naik,”ungkap Seno.

Dengan harga itu, menurut dia merupakan angka yang ideal bagi petani. Artinya, selain merawat kebun dengan ideal,  petani juga bisa menabung, atau menambah modal untuk pengembangan usaha perkebunannya.

“Saya berharap harga ini bisa berlangsung lama. Apalagi di tengah pendemi ini, saya berharap sawit mampu mendorong perekonomian daerah, khususnya bagi kesejahteraan para petani, dan pekerja di sektor ini,” kata dia.

Jika mengacu pada data BPS Kalbar, Tilai Tukar Petani (NTP) Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) mencatat pada September 2020 sebesar 116,70 poin atau naik 3,57 persen dibanding NTP bulan Agustus 2020 atau sebesar 112,68 poin. Bukan hanya itu, di bulan yang sama NTP subsektor perkebunan rakyat ini juga paling tinggi jika dibandingkan dengan NTP di subsektor lainnya.

Secara umum, NTP Kalbar pada September 2020 sebesar 109,52. Bila dilihat dari sub sektornya, NTP Tanaman Padi dan Palawija (NTPP) sebesar 96,42, NTP Hortikultura (NTPH) sebesar 96,89, NTP Peternakan (NTPT) 96,22 poin turun 0,78.

Selain itu, berdasarkan hasil Penetapan Indeks K September 2020 dan Harga TBS Kelapa Sawit Periode II September 2020 oleh Dinas Perkebunan Kalbar mencatat harga TBS kelapa sawit umur 10 sampai 20 tahun Rp1.941,77 per kilogram. Harga ini naik dari harga TBS periode I September sebesar Rp1.873,17 per kilogram.

Sementara Periode ll September harga CPO Rp901604 naik Rp345,53 dari Periode I September 2020. Harga lnti Sawit atau PK menjadi Rp4.305,33 naik Rp38,17 dari periode I 2020.

Kepala Dinas Perkebunan Kalbar, Heronimus Hero menjelaskan tren kenaikan harga sawit ini dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, dampak dari naiknya penjualan CPO ke negara-negara tujuan yang beriringan dengan membaiknya ekonomi di negara tersebut.

Kedua, faktor bahan baku TBS kelapa sawit yang saat ini terbatas yang disebabkan produksi sedang menurun. Ketiga disebabkan implementasi biodiesel dalam negeri. Menurut dia, kebijakan pemerintah untuk beralih ke energi terbarukan dengan pemanfaatan hasil sawit sebagai B100 (bio fuel) D100 (diesel) dan J100 (avtur) ikut mendorong tren positif harga komoditas andalan Kalbar itu.

“Inilah beberapa faktor yang membuat trend harga sawit naik, meskipun kita juga tahu beberapa negara mengkampanyekan isu negatif untuk sektor sawit. Namun justru di tengah pandemi ini, sub sektor ini yang stabil dan cendrung mengalami kenaikan,” tutupnya. (sms)

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda