MARIA Zakharova, Juru Bicara Kementrian Luar Negeri Rusia dikenal akrab sekaligus...kerap dijauhi oleh awak media dari dalam dan luar negeri yang ngepos di Kremlin, Istana Kepresidenan Rusia di Moskow, ibu kota bekas Uni Soviet ini. Pejabat 'kesayangan' Presiden Vladimir Putin ini, selalu gerak cepat: memberikan keterangan pers saban muncul isu yang menyudutkan Rusia.
Dikenal nasionalis dan wataknya cepat berubah; wartawan yang hari ini dekat dengannya, maka esoknya bisa 'bermasalah' dengannya. Jika muncul berita atau tulisan yang memojokkan Rusia, walaupun narasumbernya dari otoritas terkait atau dari investigasi wartawan di negara itu, maka Zakharova yang pertama kali akan meradang: berteriak-teriak bahwa berita itu palsu saat tampil memberikan keterangan pers di Press Room Istana Kremlin.
Pada Sabtu, 17 April 2021, Zakharova begitu bersemangat dan bernada tinggi ketika mengumumkan rencana Rusiamengusir 10 diplomat AS lantaran tudingan Pemerintahan Joe Biden bahwa Rusia melakukan intervensi yangs erius selama Pemilihan Presiden AS 2020.
Ini ditambah lagi tudingan bahwa Rusia telah membayar Taliban, kelompok milisi bersenjata Islam radikal Afghanistan, sempalan dari jaringan teroris global al-Qaeda, untuk membunuh tentara-tentara AS di negara itu.
Dengan berang, sebagaimana dilansir Suara Pemred dari Kantor Berita Rusia TASS, Sabtu lalu, Zakharova menyerang balik: intelijen Rusia menemukan bahwa AS selama ini berkonspirasi dengan ISIS selain dengan Taliban.
AS juga disebutkan, tak akan menarik pasukannya dari Afghanistan, walaupun tenggat waktu sesuai kesepakatannya dengan Taliban -sejak era Presiden Donald Trump- adalah 1 Mei 2021.
Lebih Judes dari Donald Trump
Memang, bicara blak-blakan, tegas, dan selalu menyakitkan. Beginilah gaya Zakharova selama bertahun-tahun bertugas mengkomunikasikan kebijakan Rusia ke dunia. Konferensi pers mingguannya menjadi acara televisi siaran langsung yang wajib ditonton di negaranya.
Gayanya yang agresif, mewakili sikap siap perang Rusia yang kian meningkat akhir-akhir ini.
Pada akhir Mei 2018, jurnalis Erkka Mikkonen dari salah satu stasiun televisi di Finlandia bertanya kepada Maria tentang kampanye anti-LGBT (Lesbian, Gay, Biseks, Transeksual) yang dilakukan di Chechnya oleh pemimpin negara itu yang terkenal kejam, Ramzan Kadyrov.
Zakharova ketika itu berdiri di depan mimbar dan menanggapi dengan suara jengkel, berbeda dengan penampilannya yang selama ini dikenal tenang.
Jawabannya pun ditonton hampir 14.500 kali di YouTube, selain dari para jurnalis di ruangan saat itu. Zakharova menjawab, tapi tidak berbicara langsung kepada Mikkonen, melainkan kepada pemimpin Chechnya yang dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas.
Tuduhan itu termasuk pembunuhan dan penyiksaan di luar hukum: "Mr Kadyrov, pengarahan hari ini dihadiri oleh perwakilan dari televisi Finlandia ... Apakah Anda dapat mengatur perjalanan untuknya ke Republik Chechnya di mana dia mungkin dapat menemukan jawaban atas pertanyaan yang sangat menarik baginya?"
Waduh, si wartawan pun gemetaran, tak bisa membayangkan nasibnya jika harus ke negara itu.
Zakharova kemudian melangkah keluar dari belakang podium, mendekati Mikkonen, dan bertanya: "Kamu tidak takut, kan? Saya ulangi: Kami tidak bercanda di sini! Kami malah berupaya mengirim Anda langsung ke Chechnya. ”
Dan kemudian, hampir tanpa terasa, Zakharova mengedipkan mata kepada Mikkonen yang sedikit keder karena 'ajakan' ke Chechnya.
Dilansir Suara Pemred dari Buzz Feed News, 22 Oktober 2018, Mikkonen kemudian mendekati Meduza, wartawan Buzz Feed News sambil berkata kepada : “Itu (jawaban Zakharova) sangat canggung dan tidak nyaman. Rasanya seperti dipanggil oleh guru di sekolah. Dia mencoba membuatku merasa seperti orang idiot."
Gaya konfrontatif Zakharova akan membuat iri mantan Prsiden AS Donald Trump dan sekretaris pers Gedung Putih di era Trump, Sarah Sanders yang juga sama judes dan galak. Jika tak senang dengan suatu berita di media massa, Zakharova pasti menjelek-jelekkan reporter dan meneriakkan dugaan berita palsu.
Rusia dianggapnya telah diteriaki media Barat selama bertahun-tahun, dan kini Zakharova balas berteriak-teriak dengan galak, keras, tanpa ada ruang untuk bertanya balik.
Pada akhirnya, bahkan orang-orang yang diserang, umumnya menyebut Zakharova sukses. “Sasarannya bukanlah membuat orang merasa baik. Dia ada di sana untuk memutar segalanya, dengan cara yang menguntungkan Rusia, "kata Mikkonen, jurnalis televisi Finlandia itu. “
Di zaman Uni Soviet, konferensi pers yang digelar Kementerian Luar Negeri sangatlah rutin, dan membosankan. Biasanya, mereka menampilkan pria-pria serius yang berjas, dan selalu pria yang membacakan pengumuman resmi, kemudian menjawab pertanyaan pers dengan menggunakan bahasa kasar yang sama.
Para pejabat ini melihat tugas mereka di Departemen Informasi dan Percetakan Kementerian Rusia hanya sebagai persinggahan singkat dalam karir diplomatik sebelum mereka bekerja sebagai konsul atau wakil menteri.
Rutinitas ini terus terjadi setelah Uni Soviet runtuh hingga kemudian, datanglah Maria Zakharova.
Wanita berusia 45 tahun ini benar-benar menjungkirbalikkan wajah diplomasi Rusia. Lewatlah sudah statistik kering, digantikan oleh bahasa bombastis dan lelucon yang tidak senonoh.
Zakharova adalah salah satu dari sedikit juru bicara di Rusia yang dikenal dengan namanya. Gaya bicara selama pengarahannya kepada para awak media di Kremin membuatnya menjadi bintang online, mengumpulkan jutaan tampilan di YouTube.
“Dia sangat menyukai pekerjaannya, jelas menyukai apa yang dia lakukan, "kata Aleksey Maslov, seorang profesor di Sekolah Tinggi Ekonomi bergengsi di Moskow, yang juga penasihat akademis Zakharova pada awal dekade 2000-an.
Zakharova mengubah manajemen humas untuk Kementerian Luar Negeri Rusia menjadi teater tingkat atas.
Zakharova tampaknya ada di mana-mana : di briefing, bincang-bincang di televisi, dan di seluruh media sosial. Di Instagram, semuanya memiji Zakharova. Facebook adalah tempat Zakharova benar-benar bersinar, berpendapat tentang segala hal, mulai dari puisi atau penyakit Barat sehingga pengikutnya mencapai 395 ribu orang.
Gertak Wartawan Ukraina: Mau Dengar Rudal Rusia?
Bahasa Zakharova tidak selalu berpegang pada protokol diplomatik. Zakharova pernah memberi tahu seorang komentator Ukraina -negara bekas sesama Soviet yang kini menjadi musuh Rusia- di sebuah acara bincang-bincang: "Biarkan saya berbicara, atau Anda akan benar-benar mendengar seperti apa suara rudal Rusia!"
Zakharova juga menyatakan kala itu bahwa Pemerintahan Presiden AS Barack Obama tidak memiliki pencapaian kebijakan luar negeri.
Ketika Menteri Luar Negeri Obama, John Kerry menasihati mahasiswa dalam pidato kelulusan Universitas Harvard Kennedy bahwa di bawah pemerintahan Trump, para lulusan harus 'belajar bahasa Rusia', Zakharova pun menunjukkan bahwa dia sendiri memiliki dua istilah untuk melakukannya.
Zakharova memberikan pendapatnya secara blak-blakan tentang Michael McFaul, Duta Vesar AS untuk Rusia di masa Obama, dengan mengatakan, "Kami mengingat ketidakmampuan profesionalnya."
Sumber yang dekat dengan kementerian menyebut Zakharova sebagai Jawaban Rusia untuk Jen Psaki. Juru bicara Departemen Luar Negeri di bawah mantan Presiden Obama ini, menjadi sasaran ejekan di media Pemerintah Rusia.
Jika orang Rusia terobsesi dengan Psaki, mereka pun terobsesi untuk membandingkan Zakharova dengannya.
Pada 2015, Russia Insider, sebuah situs pro-Rusia, memuat artikel dengan judul,: Juru Bicara Washington, Badut yang tidak Cocok menjadi Juru Bicara Pers Teratas.
Setelah beberapa paragraf mencemooh Psaki, artikel itu beralih kepada Zakharova dengan menulis: Cerdas dan jenaka, dia berputar-putar di sekitar rekan-rekannya di AS, dia orang biasa Rusia yang terlihat senang saat tampil di media.
Tidak semua rekan Zakharova menyetujui perilakunya. "Ketika sampai pada hal itu, dia mengancam jurnalis," kata seorang sumber di Pemerintah Rusia terkait insiden dengan Mikkonen dan Chechnya. “Tak satu pun dari pendahulunya akan mengambil kebebasan seperti itu.”
Maslov membandingkan gaya Zakharova dengan seorang dosen berbakat yang dialami oleh para siswanya. Meskipun dosen itu mengajar dengan gaya yang membosankan, para mahasiswa selalu datang untuk melihatnya sekadar sebagai pertunjukan.
Zakharova memiliki pendukung dan pencela di dalam pemerintah Rusia , seperti yang dikatakan beberapa sumber, yakni dua kelompok musuh yang berbeda secara interna: pria konservatif dan rasionalis. Satu kelompok percaya bahwa Zakharova terlalu 'menghibur', seorang yang ringan, sedangkan yang lain menyatakan bahwa Zakharova terlalu dramatis.
"Dia seperti Marmite: beberapa orang mencintainya, dan beberapa orang membencinya," kata seorang diplomat Rusia yang saat ini bekerja di AS. “Namun, [Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov] adalah bagian dari kelompok pertama, dan itulah yang terpenting.”
Bingung Pulang ketika Soviet Bubar
Zakharova berasal dari garis diplomat. Ayahnya, Vladimir Zakharov, memindahkan keluarganya ke Beijing pada akhir 1981 untuk bekerja di Kedutaan Besar Soviet. Zakharov kemudian mengabdikan sebagian besar karirnya di Tiongkok: bekerja di kedutaan, kemudian naik ke posisi Wakil Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO).
"Dia tahu Beijing dan Shanghai lebih baik daripada yang dia tahu tentang Moskow," kata Maslov.
Dalam sebuah wawancara dengan Meduza dari Buzz Feed News, Zakharova menggambarkan sesuatu yang terjadi padaulang tahunnya yang keenam di Tiongkok, sebagai 'kejutan'.
"Berpindah dari Moskow yang seputih salju dan meriah sebelum Tahun Baru ke daerah yang kelabu, berdebu, dan sangat dingin , tidak ada salju di sana. Hanya angin. Semua orang mengenakan mantel tenunan sendiri dengan kulit domba, dan topi bintang merah," ”katanya.
Zakharova sangat dekat dengan keluarganya , mengikuti jejak ayahnya secara profesional, dan jejak ibunya dalam hal temperamen.
Ibunya, Irina Zakharova adalah sejarawan seni yang bekerja di Museum Pushkin yang terkenal di Moskow, yang menurut Maslov, memiliki sifat baik yang alami: "Benar-benar teatrikal, dan tegas. Dia adalah jenis pekerja museum. yang dapat melihat pecahan kecil apa pun, dan menyatakannya luar biasa.
“Orang tua saya mengharapkan seorang anak laki-laki; para dokter bersumpah bahwa mereka akan memilikinya, "kata Zakharova. “Ketika mereka berakhir dengan seorang gadis, sebaliknya, saya pikir. ayah saya tidak menganggap saya serius. Dia mencintaiku, dia membesarkanku, tetapi ekspektasinya rendah. Saya tidak secara sadar menyadarinya, tapi saya pikir, hal itu meninggalkan bekas pada diri saya. "
Itulah sebabnya, Zakharova yakin, dia tidak terkejut saat mengetahui bahwa wanita sering diremehkan di dunia profesional Rusia.
Zakharova mengakui, orang tuanya tidak memiliki ilusi tentang rezim Soviet.
Pada awal 1980-an, jurnal Soviet menolak menerbitkan artikel Irina Zakharova tentang mainan rakyat Tiongkok karena memburuknya hubungan Soviet-Tiongkok.
Keluarga Zakharov berada di Beijing pada 1991, ketika mereka mengetahui bubarnya Soviet.
Kehidupan di Kedutaan Besar Soviet di Beijing semakin sulit. Tidak ada yang digaji untuk jangka waktu yang lama; semua orang menunggu untuk dievakuasi.
“Kami hidup dari bulan ke bulan,” kenang Zakharova. “Mereka mengatakan akan mengirim pesawat, menempatkan semua orang di dalamnya, dan kami akan terbang kembali. Tapi kemana? Kami datang ke Beijing dengan paspor Soviet, sekarang kami akan kembali ke negara yang benar-benar baru dan membingungkan. "
Tetapi keluarganya tidak pernah mempertimbangkan untuk pergi ke tempat lain.
"Subjek emigrasi," katanya, “tidak dibahas. Keluarga kami ada di sana, ini adalah tanah air kami, dan bukan dengan cara yang berlebihan dan histeris, tetapi sebagai fakta yang sederhana. Ini rumah. Kami harus kembali ke Moskow, tidak peduli apa yang menunggu kami di sana. Meskipun saya ingat, bahwa, orang yang paling dekat dengan kami bahkan mengatakan kepada kami untuk tidak kembali."
Keluarga Zakharov kembali 1993. Orangtuanya telah kehilangan semua tabungan, dan harus bertahan hidup dengan gaji reguler di sektor publik, sementara Zakharovsudah harus masuk bangku kuliah.
Bertahun-tahun sebelumnya, di sekolah menengah, Zakharov memberi tahu ibunya bahwa dia bermimpi menjadi diplomat atau koresponden asing.
Irina pun terkejut danberkata: "Kamu harus memahami bahwa tidak ada jalan yang terbuka untuk kamu. Di negara kami, mereka tidak memiliki diplomat perempuan atau koresponden asing.”
Zakharova memasuki Institut Hubungan Internasional Moskow (MGIMO) yang bergengsi pada 1993, ketika Rusia dilanda kekacauan oleh runtuhnya sistem Soviet, dan serangan kapitalisme yang tiba-tiba.
"Saat itu, semua orang terjun ke bisnis," kata Zakharova. "Saya ragu apakah saya akan masuk sebelum atau sesudah saat yang tepat itu."
Maslov, mantan penasihatnya, melihatnya sebagai langkah alami. “Diplomasi memiliki struktur kekeluargaan, karena yang terpenting adalah memahami, dan mengikuti aturan main, mengetahui apa yang harus Anda lakukan, dan apa yang tidak boleh dilakukan,” katanya. “Orang jarang masuk dari luar.”
Zakharova berfokus pada China, dan lulus dengan pujian pada 1998.
Dengan surat rekomendasi dari pakar China terkemuka di negara itu, Zakharov melamar pekerjaan pertamanya di Kementerian Luar Negeri Rusia untuk Departemen Asia.
Tangani Buletin Kedutaan“
Itu benar-benar mengejutkan,” kata Zakharova. “Saya telah mengerjakan ini selama lima tahun, belajar bahasa Mandarin di sekolah, saya memiliki artikel yang diterbitkan di Problems of the Far East. Ketika mereka mengatakan 'tidak,' itu benar-benar bencana."
Zakharova menjelajahi bursa kerja, dan akhirnya direkrut untuk bergabung dengan layanan pajak federal.
Kemudian, koneksinya 'bicara'. Duta Besar Rusia untuk China saat itu, Igor Rogachev, pernah bekerja sama dengan ayah Zakharova.
“Dia berada di Beijing, tapi entah bagaimana, dia mengetahui bahwa saya belum dipekerjakan, dan saya pikir, saya menyarankan bisa masuk ke layanan pers,” kata Zakharova.
Saat itu, Vladimir Rakhmanin yang mengenal baik ayahnya, juga pernah bekerja di Kedutaan Besar China.
Zakharov akhirnya bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Rusia sebagai staf pers untuk Departemen China, beberapa pekan setelah ditolak.
Kendati dibantu koneksi ayahnya, Zakharova bersikeras pekerjaan itu diperolehnya karena sekali lagi: takdir ikut campur.
Padahal, impian terbesar bagi lulusan MGIMO saat itu, menurut Zakharova, adalah dipekerjakan di perusahaan internasional, seperti Procter & Gamble atau Philip Morris. "Hanya orang-orang dengan keyakinan ideologis yang pergi ke Kementerian Luar Negeri, atau, mereka yang tidak tahu ke mana harus pergi," katanya, pede.
Pekerjaan pertamanya di Kementerian Luar Negeri adalah di Buletin Diplomatik, sebuah publikasi intra-agensi yang sebagian besar mencetak dekrit, kontrak, dan dokumen arsip, hanya menyisakan sedikit ruang untuk artikel ilmiah dan jurnalistik tentang diplomasi.
Zakharova mengambil tugas itu, sebagian besar dengan harapan pada akhirnya akan berangkat ke China.
Pada saat yang sama, dia mempelajari budaya favoritnya dalam lingkungan akademis , dan telah mendaftar di sekolah pascasarjana di Universitas Persahabatan Rakyat, di bawah pengawasan Maslov.***
Sumber: Buzz Feed News