TERKESAN cuek, gampang ‘naik darah’, tapi bisa berubah manis. Beginilah untuk sekilas menyebut karakter Yanti Puspitasari Odang, penulis skenario stripping alias maraton nomor satu Indonesia ini, yang gaya bicaranya terkesan ‘sombong’, bagi yang tak kenal dekat dengannya.
Beberapa sinetron serial yang sukses melambungkan karir Yanti termasuk Doaku Harapanku, Bidadari, Kehormatan, atau Tersajung. Serial terakhir sempat mendapat penghargaan Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai sinetron terpanjang di Indonesia dengan 360 episode yang ditulisnya dalam kurun waktu 1998 hingga 2005.
Ibu dua anak yang menggeluti sinetron sejak dekade 1990-an, dikenal sebagai wanita mandiri. Semasa masih bergabung dengan rumah produksi papan atas Indonesia, PT Multivision Plus, Yanti sanggup meraih puluhan, bahkan ratusan juta, hanya per satu episode skenario, yang tayang stripping alias maraton berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk satu judul selama Senin-Minggu.
Maka tak heran jika Yanti berujar: "Kalau Pak Raam (Raam Punjabi, bos Multivision) punya Mercy saya punya Mercy, Pak Raam beli aparetemen, saya juga beli. Waktu itu kami sama-sama kaya.”
Ngumpet di Denpasar sambil Syuting
Yanti adalah sosok yang selalu merindukan teman-teman lama yang tinggal jauh darinya. Pada Senin, 19 Juli 2021, mendadak muncul pesan WhatsUpp dari Yanti di ponsel Suara Pemred: “Elo ngapain di Pontianak lagi?” Pontianak, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat, tergolong kampung halaman ayahnya.
Wanita ayu berdarah Minangkabau yang gampang menangis saban curhat ini, mengirim pesan WhatsUpp dari Denpasar, Bali.
“Gue lagi syuting serial (sinetron). Judulnya berbahasa Inggris judulnya. Lokasinya di salah satu vila. Hitung-hitung sambil nunggu pandemi Covid-19 selesai, barulah balik Jakarta saat syuting selesai.”
Sementara sejumlah sumber di kalangan industri sinetron di Jakarta memprediksi, Yanti kemungkinan menulis sinetron yang akan ditayangkan di tasiun televisi luar negeri.
Sejumlah stasiun televisi ini termasuk Astro Awami di Malaysia adalah langganan Yanti selain sempat sibuk menerima order dari rumah-rimah produksi papan di Indonesia, semisal Soraya Intercine atau SinemArt selain pernah lama menulis untuk Multivision Plus.
Suka Duka Menulis Skenario
Seiring berkembangnya zaman, profesi sebagai penulis skenario sudah semakin ‘keras’ , alias tak seperti dekade 1990-an.
Tuntutan dari produser maupun stasiun televisi semakin tinggi, tapi berbanding terbalik dengan rupiah yang dihasilkan.
Ketika menggarap sinetron serial 7 Manusia Harimau untuk RCTI, honornya tak sebesar dulu. “Anak buah saya untuk tim penulis skenario ada delapan orang. Saya harus nombok. Tapi beruntung, di saat yang bersamaan, saya waktu itu juga lagi bikin skenario Jilbab In Love,” kenang Yanti.
Yanti pun mengaku kerap menghadapi berbagai tekanan yang dahsyat. Setiap hari, antara pukul 10 hingga 11, Yanti selalu dihantui perasaan takut yang luar biasa. Ini menanti hasil survei terkait rating per episode tayangan sinetron hari itu, yang ditulisnya secara stripping.
"Jam keluar segitu (laporan) rating. Tuhannya sinetron kan rating. Kalau sampai jelek, siap-siap aja dimaki-maki produser," ujarnya. "Jam 12-nya, keluar grafis. Di situ tampak adegan mana yang ratingnnya tinggi, mana yang jelek. Kami belajar setiap menitnya," lanjutnya.
Yanti menambahkan, itu belum seberapa. Cobaan yang tak kalah berat juga datang dari para pesaing, baik produser maupun sesama penulis. Menurut Yanti, sudah biasa jika ada rumah produksi yang saling ‘berperang’ untuk memperebutkan karyawan.
Menurut Yanti, kerja menulis skenario ibarat tentara. Harus siap setiap saat untuk mengganti adegan. Pada suatu malam, ketika menangani skenario untuk sinetron serial Kehormatan, Yanti mendadak ditelpon oleh produser.
Dikabarkan bahwa Primus Yustisio, aktor utamanya, mengalami kecelakaan. “Jadi, saat itu juga saya harus duduk lagi di depan laptop, mengganti adegan di skenario yang sudah ada,” ujarnya.
Yanti mulai menapaki karier sebagai penulis skenario sinetron sejak 1993. Skenario sinetron pertama yang ditulisnya adalah Sahabat Pilihan untuk TVRI disusul sederet sinetron untuk stasiun stasiun televisi swasta termasuk Kehormatan, Bidadari, Doaku Harapanku, Inayah, Aisyah Putri The Series (Julbab In Love), atau 7 Manusia Harimau yang diadaptasi dari novel berjudul sama karya Motingo Boesje.
Disangka Piara Tuyul
Menekuni karier sebagai penulis skenario pun kerap tak enak. Yanti cukup kenyang dengan gujingan tetangga karena dianggap pengangguran. Masalahnya, sehari-hari Yanti lebih banyak tinggal di rumah.
Parahnya, Yanti pernah dicurgai memelihara tuyul. Maklum, Yanti jarang keluar rumah, tetapi punya mobil dan apartemen mewah.***