Syiar Ramadan post authorKiwi 12 Mei 2020

Puasa dan Kesejahteraan Spiritual

Photo of Puasa dan Kesejahteraan Spiritual Sriwiyanti, S.Psi

SEBAGAI salah satu kewajiban yang harus ditunaikan umat Islam, puasa merupakan sebuah bentuk ibadah langsung antara manusia dengan Tuhannya. Namun, jika kita melihat berbagai anjuran yang ditetapkan selama berpuasa, kita tentu bisa menarik kesimpulan bahwa di dalam puasa, ada beberapa aspek lain yang sebetulnya berkaitan.

Menjadi penting untuk melakukan introspeksi diri sebagai individu yang melaksanakan puasa. Sebab kita tahu, puasa merupakan training modifikasi perilaku. Begitu banyak sikap dan kebiasaan sehari-hari yang berubah dan berusaha diinternalisasi.

Mulai dari hal-hal kecil seperti disiplin waktu, menjaga lisan, hingga membiasakan diri untuk berbagi setelah merasakan lapar dan dahaga. Hal tersebut menjadikan puasa sebagai salah satu bentuk ibadah yang istimewa. Bahkan, kita bias menganalisis terpenuhinya berbagai domain kesejahteraan spiritual melalui berpuasa.

Kesejahteraan spiritual sendiri menurut Thorson and Cook (1980) merupakan gambaran hidup seseorang tentang hubungannya dengan Tuhan, diri sendiri, masyarakat dan alam. Ketika seseorang memiliki kesejahteraan spiritual maka ia mampu menemukan makna dalam setiap peristiwa, tujuan, dan nilai dalam kehidupan, menciptakan kedamaian serta harmoni.

Akan tetapi, ketika kesejahteraan spiritual tidak dimiliki oleh individu, maka hidup akan terasa kosong tanpa nilai-nilai dan penghayatan. Kehampaan yang dirasakan oleh individu berujung pada berbagai perilaku destruktif.

Oleh karena itu, penelitian-penelitian bertema kondisi psikologis dan isu spiritual membentuk satu kesatuan untuk mengkaji banyak fenomena yang terjadi. Kemudian dari penelitian-penelitian tersebut ditemukan dampak yang bersifat positif, terutama pengaruh kesejahteraan spiritual dalam promosi kesehatan mental serta penurunan jumlah gangguan jiwa.

Hal tersebut terjadi karena kesejahteraan spiritual mencakup semua lini kehidupan individu, mulai dari perasaan bahagia, kedamaian dalam diri, tujuan hidup, interaksi antar individu, perasaan saling menghargai, kebaikan yang terjalin pada masyarakat, perasaan kagum dan terhubung dengan alam ciptaan Tuhan, beribadah, serta merasa utuh dengan eksistensi iman.

Secara lebih rinci, ada beberapa korelasi antara puasa dan kesejahteraan spiritual yang dapat dianalisis dalam beberapa domain berikut :

Pertama, domain personal merupakan domain yang berfokus pada diri individu, yaitu bagaimana seseorang mengenal dirinya, mengetahui makna, tujuan dan nilai hidupnya secara mendalam. Hal ini termasuk menyadari setiap peristiwa dalam dirinya sebagai sebuah proses yang menjadikannya individu yang utuh dan beridentitas.

Kesadaran diri ini merupakan dorongan yang kuat pada individu untuk mencapai harga diri dan aktualisasi diri, menjadi individu yang menikmati segala kejadian, memiliki kesabaran dan penerimaan diri yang tinggi serta merasa damai dan bahagia dengan kesadaran akan keberadaan dirinya tersebut.

Dalam hal ini, erat kaitannya dengan keadaan tubuh yang berisitirahat selama puasa. Bagaimana kita membentuk control diri atas segala ambisi fisik mau pun psikis. Ketika kebutuhan dasar harus tertunda, tentu akan menjadi sebuah media pelatihan kesabaran. Lalu penghayatan atas segala nikmat yang bias kita cecap, semakin mendalam.

Kedua, domain komunal adalah domain yang berkaitan dengan orang-orang di luar individu, seperti kemampuan interpersonal individu yaitu dengan menciptakan kualitas hubungan yang baik dengan orang lain, memiliki hubungan yang dalam, tidak sebatas mengetahui permukaan.

Namun,menjalin hubungan yang dekat dan erat berdasarkan norma moralitas dan budaya yang berlaku. Kemampuan individu dalam menjaga hubungan baik dengan orang lain ditunjukkan melalui sikap mencintai, mampu memaafkan orang lain, memiliki harapan dan kepercayaan pada manusia, artinya tidak apatis dan peduli terhadap keberadaan orang lain di sekitarnya.

Tentu, berpuasa melatih manusia untuk merasakan apa yang orang lain rasakan. Belajar membangun empati menjadi salah satu pelajaran berharga. Kemudian melalui aktifitas sedekah berbuka, kita menjadi tahu bahwa bukan hanya ibadah puasa orang lain yang kita dapatkan. Namun, dengan menjalin hubungan yang baik pada sesama manusia, perasaan utuh pada domain individual turut terpenuhi.

Ketiga, domain environ mental adalah domain yang membicarakan tentang hubungan individu dengan alam atau lingkungan sekitar. Individu memiliki keterikatan yang erat dengan alam, mampu bersinergi dan saling peduli, terhubung satu sama lain.

Bahkan individu juga bisa merasakan pengalaman puncak melalui dialog dengan alam, melalui ketakjuban terhadap apa yang dipersembahkan alam secara visual, maupun auditori seperti suara angin dan kicauan burung yang merdu. Kemudian tercipta lah suatu sikap yang melampaui kepedulian dan pemeliharaan fisik dan biologis.

Integrasi tadabbur atau penghayatan alam dengan ayat-ayat Qur’an merupakan salah satu anjuran ketika berpuasa. Kita bias menjadi lebih aware terhadap sekitar. Terutama pada malam-malam ganjil di penghujung Ramadhan.

Kita bias mengamati berbagai gejala alam yang ditundukkan Allah pada lailatul qadr. Malam itu penuh kesejahteraan hingga terbitnya fajar. Udara dan angin sekitar terasa tenang, tidak begitu panas, tapi tidak begitu dingin. Pada pagi hari, matahari bersinar lembut dan terlihat kemerah-merahan. Hal ini menjadi salah satu media untuk menggapai peak experience sebagai salah satu indikator domain environ mental.

Keempat, domain transcendental merupakan domain yang meliputi hubungan individu dengan suatu kekuatan besar di luar dirinya, kekuatan yang tidak bisa terjangkau seperti yang paling mulia, suatu energi yang besar, kekuatan kosmik, kenyataan transendental atau Tuhan.

Individu menjalin hubungan dengan kekuatan tersebut, tunduk dan patuh pada-Nya, memiliki kepercayaan, memuja dan beribadah melalui ritual-ritual yang diyakini. Kemudian, salah satu dari bentuk keyakinan tersebut adalah dengan melakukan perintah berpuasa, berikut setiap anjuran di dalamnya.

Sebagai penutup,apabila salah satu aspek tersebut tidak terpenuhi,maka saat itulah individu dikatakan mengalami spiritual dis-ease. Jika individu hanya memiliki domain transcendental dan personal misalnya, maka disebut spiritual dis-ease karena terisolasi dari masyarakat dan menghapus domain komunal. Oleh karena itu, melalui berpuasa, kita berusaha menyelaraskan keempat domain untuk terciptanya kesejahteraan spiritual. (*)

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda