Syiar Ramadan post authorBob 14 April 2021

Bekal Amaliah Ramadan  

Photo of Bekal Amaliah Ramadan   Moh. Ihsan, Pengajar di Ma’had Daarul Qur’an Asemreges, Pengajar di Yayasan Ar Risalah Semparu

TEMA tentang fikih puasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari ketika memasuki bulan Ramadan, karena tentu dalam melakukan sesuatu harus diketahui perkara apa saja yang akan dibutuhkan ketika menjalankannya.

Sebagai awal pembahasan tentang fikih puasa, sebuah hadits dari Rasululloh SAW yang artinya “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharapkan balasan, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”

Di dalam hadits tersebut, terdapat banyak sekali pelajaran dan motivasi yang semestinya akan menjadikan seseorang untuk bersemangat atau merasa bahagia ketika menyambut bulan puasa.

Sebagaimana penjelasan hadits di atas tadi, bahwa orang yang berpuasa dengan syarat puasanya tersebut dilakukan dengan penuh keimanan, yang artinya percaya bahwa yang dilakukan adalah perintah dari Allah SWT, kemudian ihtisaaban yaitu mengharap semata-mata balasan pahala dari ibadah puasanya tersebut. Lalu Allah menjanjikan akan diampuni dosa bagi mereka.

Kemudian yang menjadi pemacu semangat kita untuk melakukan puasa juga disebutkan oleh Allah SWT dalam Al-qur’an yang artinya “Telah diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan juga kepada orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang yang bertakwa.

Derajat takwa yang disebutkan pada ayat di atas, akan diraih oleh seseorang yang melakukan puasa dan mengaitkan ibadah puasanya tersebut dengan syarat yang telah disebutkan pada hadits sebelumnya. Takwa yang dimaksud dalam ayat di atas, merupakan perkara yang paling penting yang dituntut dari semua Muslim.

Karena begitu pentingnya ibadah puasa sehingga dikaitkan dengan ketakwaan seseorang.

Sebagaimana telah umum diketahui oleh semua Muslim, takwa merupakan ketaatan dalam melakukan segala macam perintah Allah dan Rasul yang dijalankan berdasarkan ilmu atau pengetahuan, dan ia benar-benar mengharapkan pahala atas ketaatannya tersebut.

Serta berusaha keras untuk tidak melakukan perkara yang dilarang, juga berdasarkan pengetahuan tentang segala larangan Allah SWT, kemudian mengharapkan pahala atas usaha kerasnya meninggalkan larangan-larangan tersebut.

Hal lain yang perlu dicermati bersama ketika menjalankan ibadah puasa adalah hukum berbuka puasa, hukum makan sahur, dan keutamaan yang terdapat dalam amaliah tersebut.

Berbuka puasa merupakan perkara yang diwajibkan sekaligus menjadi sumber kebahagiaan orang yang berpuasa.

Hal ini dijelaskan dalam hadits yang artinya “Orang yang berpuasa mendapatkan dua kebahagiaan, pertama ketika berbuka puasa dan ketika nanti bertemu dengan Allah di akhirat.

Bertemu dengan Allah merupakan kebahagiaan di atas segala-galanya, bahkan di atas nikmat surga. Sedangkan kenikmatan berbuka puasa bisa dirasakan setelah kita menghayati rasa lapar dan dahaga yang dilakukan oleh semua Muslim secara bersamaan tanpa dibatasi oleh kasta sosial dan ekonomi.

Sebagaimana juga dianjurkan untuk memberikan makan bagi orang yang berpuasa, dalam hadits Rasululloh SAW bersabda “Tidaklah seseorang yang memberikan makanan kepada orang yang berpuasa, melainkan ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang ia beri makan tanpa mengurangi pahala orang tersebut.”

Selain itu, beberapa amaliah yang menjadi anjuran ketika berbuka puasa adalah memakan makanan yang manis seperti kurma.

Sebagaimana dijelaskan oleh Rasululloh SAW “Hendaklah engkau berbuka dengan kurma, jika tidak memiliki kurma maka dengan air.”

Nabi Muhammad SAW ketika berbuka puasa senantiasa menggunakan kurma, setelah menghabiskan kurma yang berjumlah ganjil dan meneguk air putih, Rasululloh SAW kemudian melaksanakan ibadah shalat.

Namun, hal lain yang tidak kalah penting sebelum itu ialah melafalkan doa.

Sebab, berdoa ketika berbuka puasa memiliki keutamaan sendiri yang disebutkan bahkan secara khusus di dalam hadits, “Sesungguhnya bagi seseorang yang berpuasa, ia memiliki kesempatan berdoa yang tidak pernah ditolak oleh Allah SWT.”

Mencermati hadits di atas, tentunya di saat kita mengetahui bahwa Allah telah menyebutkan sebuah momen yang menjanjikan bahwa permintaan kita tidak akan ditolak, kita semestinya bergegas dan membidik waktu yang telah ditentukan tersebut.

Hal yang tidak kalah penting dalam berbuka puasa ialah anjuran untuk dilakukan sesegera mungkin. Hal ini juga dijelaskan dalam hadits, “Senantiasa manusia akan berada dalam kebaikan selama ia menyegerakan berbuka puasa.

Hal yang dimaksud dengan segera berbuka puasa ialah tidak menunda ketika waktunya telah tiba. Perlu kita ketahui dan pelajari apa dan bagaimana batasan yang disebut sebagai waktu segera berbuka. Dalam bahasa arab dikena istilah gurubu as-syams atau waktu ketika terbenamnya matahari.

Amalan-amalan yang juga terkait dengan ibadah puasa adalah keutamaan dan pahala yang akan diraih ketika makan sahur. Makan sahur memiliki waktu dan kaidah sendiri, yang mana waktu yang telah ditentukan yaitu sebelum terbit fajar shodiq, poin pentingnya adalah mengakhirkan kegiatan makan sahur, berkebalikan dengan anjuran berbuka puasa.

Kegiatan makan sahur juga merupakan ibadah, tidak sama seperti mengonsumsi makanan-makanan pada umumnya.

Di saat kita tahu bahwa makan sahur adalah ibadah maka hati kita akan menjadi lapang, tenang, dan merasakan kebahagiaan ketika menjalankannya.

Makan sahur merupakan perkara yang sangat dianjurkan bagi setiap Muslim yang akan berpuasa. Rasululloh SAW bersabda yang artinya, “Barangsiapa ingin berpuasa, hendaklah ia makan sahur dengan sesuatu.” Beliau juga menganjurkan dalam sabdanya “Makan sahurlah kalian, karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.”

Senada dengan hadits tersebut, sabda Rasululloh SAW yang juga memicu semangat kita untuk melaksanan makan sahur adalah “Makan sahurlah kalian, meskipun hanya dengan seteguk air.

Jika kita melihat konteks dari hadits-hadits di atas, tentu menjadi sebuah penekanan sekaligus anjuran untuk melaksanakan ibadah makan sahur, dan larangan untuk meninggalkannya.

Berdasarkan pada beberapa paparan di atas, di akhir tulisan singkat ini, semoga kiranya kita memiliki semangat dan penghayatan yang lebih tinggi untuk meraih pahala yang Allah janjikan dalam amaliah Ramadan.

Tentu setelah kita melaksanakannya dengan ikhlas bersungguh-sungguh mengharapkan pahala dari ibadah puasa yang kita lakukan. (*)

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda