Angela Freitas, Kandidat Capres Republik Demokratik Timor Leste (Wawancara Khusus Suara Pemred)

Photo of Angela Freitas, Kandidat Capres Republik Demokratik Timor Leste (Wawancara Khusus Suara Pemred) CAPRES TIMOR LESTE - Angela Freitas, Presiden Partindo Trabalhista Timorense, berencana maju lagi di Pilpres Republik Demokratik Timor Leste 2022 setelah sebelumnya bertarung pada Pilpres 2017.(Foto: Dokumen pribadi )

SEKRETARIAT Teknis Administrasi Pemilihan (STAE) dan Komisi Pemilihan Umum (CNE) siap menggelar Pemilihan Presiden Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) pada 2022. Pilpres ini diikuti 839.430 pemilih di dalam negeri, dan 6.010 di luar negeri yang semuanya sudah didaftarkan oleh CNE.

Menariknya, salah satu bakal kandidat adalah Angela Freitas, Presiden Partai Buruh Timor Leste (Partindo Trabalhista Timorense/PTT) , atau disebut juga Partai Trabalhista sejak 2006. Angela adalah seorang mantan aktivis kemerdekaan Timor Leste sejak negara ini masih menjadi provinsi ke-27 Indonesia: Timor Timur (Timtim), dan juga sempat menjadi aktivis Hak Azasi Manusia (HAM) di Indonesia untuk Timtim.

Deklasi Angela sendiri sebagai Capres Timor Leste 2022-2027 baru saja digelar oleh pedukungnya di Timor Plaza, Dili, yang disiarkan secara langsung oleh stasiun televisi setempat, Tve Fokus.

Angela sempat berlaga dengan dikungan PTT di Pilpres Timor Leste 2017, yang belakangan dimenangkan oleh Francisco Guterres Lú Olo. Sebelumnya, Pilpres 2012, Angela didiskualifikasi akibat kesalahan teknis administrasi.

"Kala itu ada konspirasi politik bahwa saya bukan orang Timor Leste, padahal saya asli warga negara ini. Tapi untuk pilpres 2022, saya akan maju," kata Angela kepada Patrick Oktavianus Sorongan dari Suara Pemred  di Dili, Ibu Kota Timor Leste,  Kamis, 26 Agustus 2021.

Selama menjadi aktivis perjuangan kemerdekaan Timor Leste, wanita cerdas berpenampilan modis ini, pernah menjadi tahanan Pemerintah Indonesia di Dili. Pada 1988, Angela bekerja  di Institut HAM di Indonesia kemudian bergabung di Amnesty International pada 1989 sebagai Sekretaris HAM.

Mendapat Suaka di Australia
Angela pada dekade 1990-an, mendapat suaka di Australia, kemudian kuliah di University of Queensland, dan lulus dengan kualifikasi untuk ilmu politik dan kedokteran. Sejak itu pula,  Angela  bekerja di sebuah rumah sakit di Brisbane lantas  ditempatkan di Angkatan Laut Kerajaan Australia: Bekerja di atas kapal patroli yang mencegat kapal-kapal pengungsi.

Setelah Timor Leste merdeka pada 1999, Angela kembali ke negaranya,  dan memimpin  Partai Pekerja Timor atau Partai Trabalhista, yang didirikan pada 1974 oleh ayahnya, Paulo Freitas.

Pada Pilpres 2012,  Angela mencalonkan diri, tapi ditolak oleh  Mahkamah Agung Timor Leste. Hal ini tak lepas dari situasi politik yang tersisa sejak 2004, ketika Angela kerap mengkritisi berbagai kebijakan  Kay Rala Xanana Gusmao, Presiden Timor Leste ketika itu.

Karena itulah dalam Pilpres 2012, Angela menjadi korban konspirasi politik lewat berbagai tuduhan, termasuk dianggap bukan orang Timor Leste.

Angela  sekali lagi mencalonkan diri sebagai Presiden Timor Leste dalam Pilpres 2017.  Selama pilpres, pendiri  beberapa lokasi penampungan tunawisma dan yang membutuhkan di Daly River NT Australia serta beberapa rumah dan klinik di Ghana Afrika Selatan ini, menempati urutan ketujuh dalam jajak pendapat. Total suaranya 4.353, setara dengan 0,84 persen.

Xanana Akui Kekuatan Angela

Pengaruh Angela di Timor Leste hingga detik ini, cukup disegani.  Xanana bahkan mengakui, Partai Trabalhista sanggup menggoyang pemerintahan  lewat kekuatan rakyat (people power), jika diinginkan oleh Angela.

Xanana adalah Perdana Menteri Timor Leste IV selama dua periode (8 Agustus 2007 – 6 Februari 2015),  dan Presiden Timor Leste I (20 Mei 2002 – 20 Mei 2007. Pengakuan ini disampaikan oleh mantan Panglima Falintil III dan VII  ini, ketika mengkritisi tentang adanya dana abadi minyak bumi Timor Leste (Fundu Petroleu) yang mencapai 18,4 miliar dolar AS di sebuah bank di New York, AS.

Dikutip dari The Oekusi Post, Senin, 21 September 2020, yang dilansir dari  sebuah laporan trimestral Banco Central Timor-Leste (BCTL), Xanana menyatakan bahwa dana itu harus segera dicairkan oleh pemerintah.

Hal ini karena Xanana prihatin dengan perekonomian negaranya dewasa ini, yang berdampak pada kesejahteraan rakyat di negara berusia muda ini.

Motor pendiri Timor Leste ini bahkan menilai, jika dana itu didiamkan begitu saja, dan pemerintahan yang sekarang bertahan hingga satu dekade ke depan, maka hal itu bisa saja membuat semua orang (di Timor Leste) mati.

“Artinya, jika mereka  (Pemerintah Timor Leste) selama 10 tahun  terus memimpin, lebih baik kita kabur ke suatu tempat. Jika mereka memimpin 10 tahun lebih, jangan sebut kota," tegas Xanana.

Pentingnya dana itu, menurut Xanana, juga diketahui oleh Angela. Hanya saja, tokoh kharismatis Timor Leste ini meminta  agar Angela menahan diri. 

"Angela Freitas sudah diminta  tidak menurunkan people power untuk melengserkan Presiden Republik Timor Leste. Biarkan saja dia turun (sendiri),” tegas Xanana.

Cuplikan Wawancara dengan Angela Freitas

"Semangat saya untuk keadilan sosial adalah membuat perbedaan yang nyata di masyarakat, jika saya dipercayakan oleh rakyat Timor Leste sebagai pemimpin mereka," kata Angela Freitas (AF) kepada Suara Pemred (SP), sebagaimana cuplikan wawancara berikut ini.

SP: Anda akan ketiga kali mengikuti Pilpres Timor Leste setelah tahun 2012, 2017, kemudian berikutnya, tahun 2022,  jika Anda resmi terdaftar sebagai Kandidat Calon Presiden Timor Leste. Pada pilpres tahun 2012,  Anda dijegal oleh konspirasi.

Dalam pilpres tahun 2017, nama Anda  cukup signifikan. Setidaknya, elektabilitas Anda di mata rakyat menempati urutan ketujuh dalam jajak pendapat, dengan total 4.353 suara, setara dengan 0,84 persen. Lantas, apakah rencana Anda maju lagi ke Pilpres Timor Leste tahun 2022 masih dengan Partai Trabalhista?

Seorang Presiden haruslah Tinggalkan Partai

AF: Saya akan maju sebagai calon kandidat indpenden, juga dengan dukungan  partai-partai lain termasuk tentunya  Partai Trabalhista. Menjadi calon independen adalah pilihan yang saya anggap paling baik.  Sebab, seorang presiden haruslah  independen, supaya mampu berkomunkasi dengan semua komponen bangsa,  demi persatuan dan kesatuan nasional.

Seorang calon pemimpin, jika kelak terpilih, haruslah  bisa merealisasikan aspirasi rakyat. Jadi, harus meninggalkan partai, karena kepentingan semua golongan adalah di atas segala-galanya,  demi kemaslahatan rakyat.

So, tak ada lagi kepentingan partai, melainkan kepentingan semua suku, agama, ras, dan antargolongan.  Jika seorang kandidat presiden maju atas nama partai,  maka saat terpilih, maka dia, tentu saja,  harus memperhatikan kepentingan partainya.

SP: Dengan maju sebagai Capres Timor Leste dari independen, berarti Anda harus menghadapi belasan kandidat usungan partai-partai di negara Anda, yang dikenal sebagai negara multipartai. Belum lagi dengan partai-partai yang memiliki ikatan historis dengan sejarah perjuangan kemerdekaaan rakyat Timor Leste. Lantas, bagaimana Anda melihat ketatnya kompetisi di Pilpres Timor Leste 2022?

AF: Partai-partai yang memiliki ikatan sejarah dengan kemerdekaan Timor Leste memang ada. Semuanya,  tentu saja,  menjadi reference (referensi) di zaman reformasi ini. Selama diskusi,  yang rutin saya lakukan dengan generasi muda terkait figur presiden ideal mereka, saya melihat bahwa pandangan kaum milenial di negara kami, adalah tampilnya seorang presiden independen.

Mereka mengharapkan pemimpin yang memiliki visi ke depan, dan juga memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan semua golongan,  tanpa ada tendensi politis, serta juga bisa menjalin komunikasi yang baik dan kondusif dengan negara tetangga.

Karena itu, saya melihat bahwa kandidat presiden dari kalangan independen adalah  penting. Republik Timor Leste saat ini  membutuhkan seorang pemimpin yang bisa menyatukan rakyatnya. Inilah kebutuhan mendesak yang sangat penting untuk masa depan negara kami.

SP: Di media negara Anda, pernah muncul pernyataan dari Xanana Gusmao terkait kemampuan Anda untuk menggerakkan people power. Menurut Ada?

Kaum Milenial Mampu Gerakkan People Power

AF: People Power ada di mana saja, dan  di negara mana saja termasuk di Timor Leste.  Kami memiliki kaum milenial, generasi muda yang memiliki kemampuan menggerakkan people power. Mereka betul-betul patriotis, kritis, paham akan kondisi negeri tercinta mereka sekarang ini, dan juga memiliki pandangan yang global.

Rakyat Timor Leste terutama kaum milenial, mengharapkan kehadiran seorang pemimpin masa depan, yang memiliki  wawasan kebangsaan,  demi pesatuan nasional, yang tujuannya tak lain semata-mata untuk kesejahteraan rakyat.

Jadi, urusan politik harus dikesampingkan. Sebab, masalah yang paling krusial di Timor Lesta dewasa ini, adalah bagaimana kita memprioritaskan kemajuan ekonomi bangsa dan negara tercinta, demi kesejahteraan rakyat.

Rakyat sejahtera dulu, barulah kita bicara yang lain. Ini sektor utamanya, kemudian  pendidikan dan kesehatan.

SP: Perekononian negara yang maju berarti  rakyatnya sejahtera. Dalam lima tahun terakhir, sejauh mana kondisi perekonomian Timor Leste?

Pemimpin Haruslah Tulus untuk Rakyat

AF: Jika perekonomian suatu  negara maju, berarti rakyat sejahtera, tentu saja. Artinya, hal ini bisa dilakukan oleh seorang pemimpin, jika berbagai kebijakan dan keputusannya bersifat independen, benar-benar demi kepentingan rakyat, bangsa, dan negara  adalah di atas segala-galanya!

Memang,  perekonomian Timor Leste dalam beberapa tahun terakhir dalam kondisi yang sulit. Perekonomian berusaha bangkit sebagai dampak krisis politik pasca Pemilihan Presiden 2017, dan masalah-masalah lainnya.

Belum lagi dengan terjadinya krisis ekonomi , sebagai dampak pandemi Covid-19 sejak tahun 2019, disusul kemunculan varian virus Delta.  Berbagai pembatasan telah dilakukan oleh otoritas terkait, demi pencegahan penularan Covid-19,  apalagi ditambah cepatnya penularan Delta,  sehingga benar-benar memukul perekonomian negara kami.

Tapi, kita juga jangan terlalu panik menghadapi pandemi ini. Faktanya, ketika kita harus hidup bersama Covid-19, apa boleh buat. Ikuti  saja protokol kesehatan, dan tetap menjalankan tugas dan kewajiban sebagai warga negara. Jika pun kita melarang total aktivitas  rakyat,  maka akan berakibat buruk sekali bagi negara kita sendiri.

SP: Bagaimana Anda melihat hubungan bilateral selama ini antara Pemerintah Indonesia dan Timor Leste, terutama di era Presiden Indonesia, Joko Widodo?

Mencontoh Agrikultur di Indonesia

AF: Selama ini sangat baik,  walaupun kita memang memiliki sejarah masa lalu. Tapi, semuanya sudah berlalu, tinggal bagaimana ke depan kita terus melanjutkan, meningkatkan rekonsiliasi, agar bisa mempererat hubungan bilateral yang baik.

SP: Adakah program Pemerintah Indonesia terkait kepentingan langsung rakyat yang menarik perhatian Anda?

AF: Banyak program yang baik dari pemerintah Anda. Termasuk di bidang agrikultur. Bidang ini benar-benar dikembangkan di Indonesia, dan layak dicontoh, karena langsung menyentuh kepentingan rakyat.

Jika rakyat sejahtera , karena pemimpin negaranya sangat tulus menyayangi mereka, maka rakyat pasti akan serta merta berpartisipasi tulus dalam  pembangunan nasional.

SP: Sebagai suatu negara yang masih berusia muda, Timor Leste tentu saja tak akan lepas dari dampak persaingan geopolitik antara Amerika Serikat dan China. kaitannya itu,  bagaimana politik luar negeri Timor Leste jika kelak Anda menjabat presiden?

AF: Kebijakan politik luar negeri yang bebas dan aktif. adalah pilihan yang paling baik. Artinya, Timor Leste mengambil peran dalam berbagai masalah regional, sesuai ukuran dan lokasinya, namun menghindari keterlibatan dalam konflik di antara kekuatan-kekuatan besar dunia.

Yang penting, komunikasi diplomatik internasional terjalin baik,  termasuk dengan China, dan juga Amerika Serikat.

Tentu saja, jika Timor Leste sudah menjadi anggota ASEAN (Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara), maka politik  luar negeri kami harus sejalan, atau menyesuaikan dengan  visi- misi ASEAN itu sendiri.  

Timor Leste sendiri baru keluar dari post Covid-19. Maka itulah kerjasama dengan negara-negara lain termasuk dengan Amerika Serikat dan China, harus bisa terjalin baik, tentunya atas prinsip win-win situation. Politik memang ada take and give.

Jadi, kita harus melihat dampak ke depan dari suatu perjanjian dengan negara lain, terutama terkait pinjaman dari luar negeri. Jangan sampai kita terlibat dalam pinjaman-pinjaman yang hanya akan merugikan generasi yang akan datang, dan hal ini bisa kita ambil pelajaran dari beberapa negara .

SP: By the way, andai Anda terpilih sebagai Presiden Timor Leste, langkah-langkah apa saja yang harus Anda lakukan selama 100 hari kerja dari masa pemerintahan Ada?

Membubarkan Parlemen Timor Leste

AF: Pertama, membubarkan parlemen, karena pembentukan parlemen yang sekarang,  tidak memenuhi persyaratan,  tidak sesuai dengan Konstitusi Republik Demokratik Timor Leste.

Kedua,  saya akan membentuk pemerintahan transisi selama satu tahun ke depan dengan sejumlah agenda. Terutama agenda untk menormalisasi roda pemerintahan, terkait persiapan pemilu legislatif,  supaya bisa dilaksanakan dengan suasana damai,  dan kondusif.***

 

Penulis & Editor: Patrick W Oktavianus Sorongan

 

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda