Visi Indonesia Emas 2045 kini diterjemahkan melalui Asta Cita, sebuah komitmen pembangunan nasional yang ambisius. Namun, di Bumi Khatulistiwa, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) menghadapi tantangan serius. Meskipun kaya raya akan sumber daya alam, Kalbar masih bergulat dengan masalah kualitas sumber daya manusia (SDM). Inilah ruang pengabdian bagi para alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) melalui trisula sakti mereka: Berdaya, Bergerak, Berdampak.
Tantangan Nyata: IPM Kalbar di Bawah Rata-Rata Nasional
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa meskipun mengalami peningkatan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalimantan Barat tahun 2024 berada di angka 71,19 poin (kategori Tinggi). Angka ini, sayangnya, masih menempatkan Kalbar sebagai salah satu provinsi dengan IPM terendah di Pulau Kalimantan dan berada di bawah rata-rata nasional (yang mencapai sekitar 74,20).
IPM merupakan indikator komposit yang mengukur tiga dimensi penting: umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Rendahnya IPM Kalbar menyiratkan masih lemahnya kualitas pendidikan (rata-rata lama sekolah) dan akses terhadap layanan kesehatan serta pendapatan yang layak, terutama di wilayah pedalaman dan perbatasan. Inilah titik fokus di mana Trilogi PMII harus bekerja keras, sejalan dengan Asta Cita yang memprioritaskan peningkatan SDM dan pembangunan dari pinggiran.
1. Berdaya: Modal Intelektual Melawan Kebodohan Struktural.
Berdaya bagi alumni PMII bukan sekadar memiliki gelar, tetapi memiliki kapasitas analisis dan profesionalisme untuk memahami kompleksitas masalah IPM Kalbar. Ini adalah implementasi nyata dari poin Asta Cita tentang Penguatan Sumber Daya Manusia, Sains, dan Teknologi.
Secara akademis, IPM yang rendah seringkali dikaitkan dengan kegagalan Human Capital Accumulation. Alumni PMII, sebagai intelektual, harus Berdaya untuk:
a. Menganalisis Kesenjangan Pendidikan: Mengidentifikasi secara spesifik akar masalah rendahnya rata-rata lama sekolah di kabupaten tertentu.
b. Menciptakan Inovasi Solutif: Merancang program pendidikan atau kesehatan yang sesuai dengan konteks geografis Kalbar (misalnya, sekolah bergerak di wilayah terpencil).
Hanya dengan modal intelektual yang Berdaya inilah alumni dapat merumuskan program yang relevan dan efisien, alih-alih sekadar menjalankan program seremonial.
2. Bergerak: Membawa Asta Cita ke Ujung Khatulistiwa.
Semangat Bergerak adalah jiwa aktivis PMII yang harus dibawa ke ranah profesional alumni. Di Kalbar, Bergerak berarti mengatasi tantangan geografis dan konektivitas yang menjadi salah satu hambatan utama pemerataan pembangunan, yang sangat ditekankan dalam Asta Cita: Membangun dari Desa dan dari Bawah.
Bila kita mengutip tekstual Al-Qur’an, Allah berfirman (yang artinya):
“Katakanlah: ….Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’" (QS. Az-Zumar: 9)
Alumni PMII, sebagai ulul albab (pemilik akal yang jernih), dituntut Berdaya dalam sains, teknologi, dan kebijakan publik untuk mengawal Asta Cita terkait Penguatan SDM, Sains, dan Teknologi. Tanpa daya, intervensi hanya menjadi wacana.
Alumni PMII dituntut untuk tidak hanya nyaman di ibu kota provinsi (Pontianak), yang notabene memiliki IPM tertinggi di Kalbar, tetapi harus Bergerak ke daerah-daerah dengan IPM terendah.
a. Aksi Nyata: Alumni yang berprofesi sebagai birokrat harus Bergerak menyelaraskan anggaran daerah untuk perbaikan fasilitas kesehatan di Puskesmas perbatasan. Alumni yang berlatar belakang wirausaha harus Bergerak menciptakan model ekonomi inklusif (inclusive economy) di desa untuk meningkatkan standar hidup layak (salah satu komponen IPM).
b. Sinergi: Pergerakan ini harus kolektif, membentuk jaringan yang mampu menyalurkan know-how dari kota ke desa. Ini adalah bentuk katalisasi perubahan sosial (Social Catalysis) di mana kelompok alumni menjadi agen percepatan.
3. Berdampak: Kesejahteraan yang Terukur dan Berkelanjutan.
Tujuan akhir dari Trilogi ini adalah Berdampak. Dampak yang dikehendaki haruslah terukur, terutama dalam meningkatkan tiga dimensi IPM Kalbar. Program Asta Cita tentang Penciptaan Lapangan Kerja Berkualitas dan Penguatan SDM harus diterjemahkan menjadi perubahan statistik yang nyata.
Alumni PMII, misalnya, dapat fokus pada:
a. Peningkatan Angka Harapan Hidup: Melalui gerakan literasi kesehatan dan pencegahan stunting, yang secara langsung meningkatkan dimensi kesehatan IPM.
b. Kemandirian Ekonomi Lokal: Menggerakkan kewirausahaan pemuda di sektor pertanian/perkebunan (sektor dominan Kalbar) untuk meningkatkan pengeluaran riil per kapita masyarakat.
Kekuatan kolektif alumni PMII yang Berdaya dalam analisis, Bergerak dalam implementasi, dan berorientasi Berdampak pada peningkatan IPM, adalah jaminan bahwa Asta Cita di Kalbar akan benar-benar terwujud sebagai proyek kemanusiaan, bukan sekadar agenda politik. Hanya dengan menaikkan harkat manusia Kalbar, visi Indonesia Emas dapat dicapai.
Oleh: Hery Arianto, S.Pd.I, Pengurus PW. IKA PMII Kalbar