Opini post authorKiwi 15 Oktober 2025

Tradisi Sungkeman Santri, Moralitas di Tengah Himpitan Modernitas

Photo of Tradisi Sungkeman Santri, Moralitas di Tengah Himpitan Modernitas

Oleh: Dr. Yusuf, M.HI Penulis adalah alumni Ponpes Mambaul Ulum Bata-Bata Pamekasan, Ponpes Al-Aqobah Tebuireng Jombang

Dalam lanskap pendidikan Islam tradisional di Indonesia, pesantren bukan sekadar institusi pembelajaran agama, melainkan ruang pembentukan karakter, spiritualitas, dan nilai-nilai kemanusiaan. Salah satu tradisi yang terus hidup dan diwariskan lintas generasi adalah sungkeman, gestur penghormatan santri kepada kiai yang dilakukan dengan penuh khidmat dan ketundukan. Meskipun tampak sederhana, sungkeman menyimpan makna yang jauh lebih dalam daripada sekadar etiket budaya.

Tradisi ini mencerminkan relasi yang khas antara murid dan guru dalam dunia pesantren. Kiai bukan hanya pengajar, tetapi juga pembimbing ruhani, penjaga nilai, dan figur moral yang dihormati bukan karena jabatan formal, melainkan karena integritas dan keberkahan ilmunya. Dalam sungkeman, santri menundukkan diri bukan karena takut, tetapi karena sadar bahwa ilmu yang mereka terima bukan sekadar informasi, melainkan cahaya yang menuntun mereka menuju Tuhan.

Dalam era yang semakin rasional dan serba digital, tradisi seperti sungkeman mungkin dianggap usang atau tidak relevan. Namun justru di tengah krisis keteladanan dan pudarnya nilai-nilai penghormatan dalam pendidikan modern, sungkeman menjadi pengingat bahwa ilmu tidak pernah terlepas dari adab. Ia adalah simbol bahwa belajar bukan hanya soal memahami, tetapi juga soal menghargai.

Selain itu, sungkeman juga memiliki dimensi sosial yang penting. Ia memperkuat legitimasi moral seorang kiai di mata komunitas santri, menjembatani antara otoritas spiritual dan penerimaan sosial. Dalam masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai adat dan agama seperti di pondok pesantren, penghormatan terhadap tokoh agama menjadi fondasi kepercayaan terhadap norma dan hukum yang berlaku.

Sebagian kalangan mungkin memandang tradisi sungkeman sebagai bentuk relasi feodal yang mengekalkan hierarki sosial ala warisan kolonial. Pandangan ini sangat tidak tepat. Sungkeman dalam tradisi pesantren bukanlah produk sistem penjajahan atau budaya tunduk yang bersifat struktural, melainkan ekspresi adab dan penghormatan yang lahir dari kesadaran spiritual. Ia tumbuh dari nilai-nilai Islam yang menempatkan guru sebagai pewaris para nabi ( _waratsatul anbiya_) dan ilmu sebagai cahaya yang harus dijaga dengan ketundukan hati. Tidak ada unsur pemaksaan atau dominasi dalam sungkeman; yang ada adalah ketulusan santri dalam mengakui peran kiai sebagai pembimbing ruhani. Oleh karena itu, sungkeman lebih tepat dipahami sebagai warisan etika keilmuan, bukan sebagai simbol kekuasaan sosial yang menindas.

Dalam perspektif antropologi hukum, sungkeman dapat dipahami sebagai bentuk pengakuan terhadap otoritas simbolik dan moral seorang kiai, yang tidak hanya berfungsi sebagai pendidik, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai transenden dalam komunitas pesantren. Secara sosiologis, tindakan ini memperkuat struktur sosial berbasis patronase keilmuan, di mana kiai menjadi figur sentral dalam pembentukan identitas religius dan sosial santri.

Penghormatan yang ditunjukkan melalui sungkeman mencerminkan internalisasi nilai-nilai spiritual yang diyakini dapat membuka pintu keberkahan dan rahmat ilahi. Dalam konteks hukum Islam, penghormatan terhadap guru merupakan bagian dari tradisi sanad keilmuan, yang menekankan pentingnya silsilah ilmu dan legitimasi otoritas keagamaan. Santri tidak hanya belajar dari teks, tetapi juga dari keteladanan hidup sang guru.

Tradisi ini juga mengajarkan bahwa penghormatan bukanlah bentuk penghambaan, melainkan pengakuan. Pengakuan atas jasa, atas ilmu, dan atas peran seorang guru dalam membentuk manusia yang tidak hanya cerdas, tetapi juga beradab. Di tengah arus modernisasi, mungkin sudah saatnya kita berhenti sejenak dan bertanya: apakah kita masih tahu cara menghormati mereka yang telah membimbing kita?

Keywords

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda