Gaya Hidup post authorPatrick Sorongan 14 November 2021

'Bisnis Lendir' De Wallen, Amsterdam: Surga Seks di Alam Fana!

Photo of 'Bisnis Lendir' De Wallen, Amsterdam: Surga Seks di Alam Fana! KAWASAN SEKS DE WALLEN- Kawasan Lampu Merah De Wallen di Amsterdam, Belanda.(Foto: Twitter)

MENJADI Surga seks di Eropa bahkan dunia. Inilah 'ketenaran' De Wallen,  suatu kawasan paling tua di Belanda. Lokasinya berada di Amsterdam,  yang tercatat sebagai Ibukota Kerajaan Belanda berdasarkan Konstitusi 24 Agustus 1815,  dan konstitusi penerusnya. 

Jadi, siapa saja yang pernah ke Belanda terutama kaum lelaki,  pasti mengenal De Wallen, kawasan serba erotis.

Para istri di negara mana saja termasuk di Indonesia, jika mengetahui lokasi ini, pasti bakal mati-matian menolak,  andai sang suami akan bepergian ke Belanda, sekalipun berdalih tugas kantor, semisal tugas liputan bagi wartawan,  atau berbisnis bagi pengusaha.

Maklum,  De Wallen -yang akan dipindahkan ke luar kota oleh Pemerintah Kota Amsterdam- selalu terlihat para wanita,  yang mejeng di balik jendela kaca rumah-rumah bordil.  Kerap para wanita, yang rata-rata muda, ini melambaikan tangan, pura-pura batuk, atau bersiul jika ada lelaki yang lewat, membuat si lelaki kerap cengengesan.

Amster4

Dibelah oleh  Sungai Amstel, Amsterdam termasuk De Wallen,  berada di  wilayah Provinsi Holland Utara,  atau disebut bagian utara Randstad, salah satu konurbasi terbesar di Eropa, dengan jumlah penduduk sekitar tujuh juta jiwa berdasarkan sensus terbaru.  

Amsterdam sebenarnya adalah kota tua yang mempesona. Nuansa desa kosmopolitan namun kuno dari pusat bersejarah Eropa terlihat di De Wallen, bagian tertua di Amsterdam, yang dihiasi bangunan gereja-gereja kuno, jembatan romantis, arsitektur menakjubkan, dan kegiatan sepanjang larut malam.  

Museum, teater, dan institusi budaya kelas dunia sering kali tersembunyi di balik fasad sisi kanal yang indah,dan rumah-rumah runcing yang miring. Sementara jalan-jalan berbatu yang berkelok-kelok, dipenuhi dengan toko-toko yang menarik, pub yang nyaman, dan restoran yang fantastis.

Dilansir dari The Courier, 29 Maret 2020, Amsterdam adalah kota kuno unik sehingga menjadi salah satu tujuan wisata paling populer di Eropa, yang pada 2019 dikunjungi 19 juta pengunjung dari seluruh dunia.

Tapi,  De Wallen adalah atribut yang paling unik dari Amsterdam, yang membuat kaum lelaki tak akan sedetik pun  melewatkannya jika berkunjung ke Belanda, ibarat ngengat ke nyala api.

Distrik Lampu Merah Amsterdam ini terdiri dari jaringan gang dan kanal,  yang menampung ratusan pelacur, Mereka mejeng di jendela rumah-rumah bordil  legal yang semuanya diterangi oleh lampu berwarna merah.

Amster5

Dilegalkan ketika Belanda Dijajah Prancis

Prostitusi di Amsterdam dilegalkan pada 1811 oleh Prancis, ketika negara itu menguasai Kerajaan Belanda.

Lepas dari larangan sementara prostitusi yang diberlakukan pada 1911 dan 1988, De Wallen secara historis menjadi daya tarik wisata signifikan bagi siapa saja,  baik kaum lesbian, homoseksual, pelacur lelaki dan perempuan, yang ingin mengadu nasib di industri seks ini.

Pemerintah Kota Amsterdam sendiri mulai mempertanyakan etika dari industri ini. Sejak April 2020, misalnya,  diberlakukan  suatu undang-undang yang lebih ketat di De Wallen. Tujuannya, demi menghasilkan 'pariwisata yang lebih bertanggung jawab'.

Reformasi hukum ini sudah termasuk membatasi jumlah orang dalam tur berpemandu menjadi 15 orang, melarang tur gratis di area tersebut, dan mengurangi jumlah tur,  dengan mengeluarkan izin wajib untuk sejumlah perusahaan terbatas.

Amster1

Walikota Amsterdam Femke Halsema juga telah mengusulkan untuk memindahkan pekerja seks dari jendela rumah bordil yang terlihat,  atau menyembunyikan mereka di balik tirai.

Wakil Walikota Udo Kock mendukung proposisi ini. “Kami tidak menganggap pantas bagi turis untuk melirik pekerja seks," katanya.

Pemerintah kota berharap bahwa strategi ini tidak hanya mengatasi masalah overtourism yang ada, melainkan juga mencegah para pekerja seks di De Wallen menjadi objek dari turis-turis tersebut.

Adapun gaya pariwisata baru yang bertanggung jawab ini bertujuan untuk menguntungkan pekerja seks,  dengan menciptakan lingkungan yang tidak terlalu objektif, sekalipun banyak pekerja seks yang tidak melihat perubahan dengan cara yang sama.

Karena industri 'daging mentah' ini menghasilkan sekitar 625 juta euro per tahun, itu sebabnya para pekerja seks takut bahwa reformasi hukum ini akan menyebabkan kerusakan besar ke bisnis mereka.

Amster2

Hal ini  karena mereka menilai bakal lebih sedikit turis yang datang sehingga hanya diperoleh sedikit keuntungan.  Sebagai protes terhadap perubahan yang akan datang di  De Wallen, para pekerja seks telah membentuk serikat pekerja,  yang dinamakan Red Light United.

Para anggota Red Light United berpendapat bahwa 93 persen pekerja seks yang secara kolosal memusuhi perubahan telah menuntut pertimbangan ulang. Mereka percaya bahwa 'tindakan apa pun yang ditujukan ke pariwisata adalah tindakan terhadap pekerja seks di De Wallen'.

Kalangan ini  mengakui isu-isu yang ada. Mereka juga berpendapat bahwa peraturan fotografi yang lebih ketat di De Walle  akan menguntungkan para pekerja, tapi membatasi pariwisata massal yang tak terhindarkan.

Amster6

Bagi banyak pekerja, keterlibatan mereka dalam industri seks adalah kehidupan rahasia.  

Karena itu, foto yang diambil oleh wisatawan,  tidak hanya dapat mengungkapkan profesi rahasia mereka kepada anggota keluarga yang ditinggalkan di rumah atau kampung halaman (alasan merantau ke Amsterdam  untuk bekerja di berbagai usaha, dan  bukan di industri seks), tetapi juga dapat menjauhkan mereka dari pelanggan yang membayar.

Isu besar lain yang menjadi perhatian pemerintah telah muncul setelah adanya mucikari ilegal. Di De Wallen, banyak pelacur berwiraswasta dengan menjual tubuh mereka atas kemauan sendiri, dan yang lainnya dimiliki atau dikendalikan oleh germo.  

Prostitusi dilegalkan  di Amsterdam,  namun mucikari dilarang,  karena kekhawatiran bahwa perempuan hanya akan diperdagangkan secara seksual di luar keinginan mereka sendiri.

Menurut Velvet December,  Koordinator Proud (organisasi yang dipimpin pekerja seks di Amsterdam) menyoroti meningkatnya permusuhan antara DPRD Amsterdam dan pekerja seks.  Desember menunjukkan bahwa 'dikotomi yang melekat kepadanya untuk kategori pekerja seks  (disebut 'pelacur yang bahagia' dan 'korban yang malang'),  tidak menyisakan ruang untuk kenyataan yang mereka hadapi, dan untuk mengatasi masalah. 

Amster7

Relokasi De Wallen ke Pinggiran Amsterdam

Dilansir dari The Guardian,   Pemerintah Kota Amsterdam pada 2021 ini mempertimbangkan rencana pemindahan De Wallen ke kompleks 'erotis' lain di mana pelacur tidak lagi memanggil pelanggan melalui jendela depan jalan,  yang sering menarik kegaduhan turis.

Kompleks yang baru itu akan dibuat serba komplit di pinggiran kota, yang mencakup tempat tidur, kantin untuk sarapan pelacur, klub seks, teater seks, dan kafe.

Pihak DPRD Amsterdam menyatakan, dua opis yang masih  diperdebatkan adalah hotel seks atau 'pusat erotis', yang akan menjadi 'hotel seks plus, plus, plus'.

"Secara keseluruhan, hotel prostitusi dengan jendela dalam ruangan atau pusat erotis, adalah pilihan yang paling jelas," kata dewan kota dalam sebuah pernyataan. "Opsi ini memiliki keuntungan paling banyak dan kerugian paling sedikit."

Femke Halsema sebagai Walikota Amsterdam menyatakan bahwa dirinya sendiri tidak bisa menerima 'penghinaan perempuan' di distrik lampu merah.

Walikota cantik yang sukses memberlakukan Green Amsterdam ini,  sudah bersumpah untuk membersihkan distrik lampu merah di kota itu karena stafnya berulangkali mengeluh bahwa kerumunan turis sering mabuk dan berbuat gaduh yang berarti 'tidak menghormati pelacur dan penduduk'.

Rencana ini juga muncul karena Halsema mengakui adanya 'peningkatan besar prostitusi 'di bawah tanah' di sekitar Wallen, tepatnya di  pusat kota, dekat stasiun pusat, yang selama berabad-abad juga dianggap menjadi tempat berhantu bagi para pelaut dan pekerja seks. 

Amster3

Dari Desa  Nelayan  Kecil Amstelredamme

Nama Amsterdam sendiri berasal dari kata 'Amstelredamme'. Ini merupakan asal-usul kota ini, yakni sebuah bendungan di Sungai Amstel, yang pada abad ke-12  merupakan desa nelayan kecil.  

Amsterdam menjadi salah satu pelabuhan terpenting di dunia sebagai bagian dari masa keemasan Belanda akibat pengembangan perdagangan yang inovatif.  

Pada abad itu, Amsterdam  merupakan pusat keuangan dan permata terdepan.  

Kemudian pada ke-19 dan ke-20,  wilayah Amsterdam semakin luas, dan banyak kota pinggiran yang dibangun.  

Kanal-kanal Amsterdam (Belanda: 'Grachtengordel') pada abad ke-17, yang berada di jantung Amsterdam, dimasukkan ke Daftar Warisan Dunia UNESCO pada Juli 2010. 

Amsterdam  adalah ibu kota keuangan dan budaya Belanda. Banyak perusahaan besar di Belanda memiliki kantor pusat di kota itu, dan tujuh dari 500 perusahaan teratas dunia, termasuk Philips dan ING, berkantor pusat di Amsterdam.  

Pada  2010, Amsterdam peringkat ke-13 dalam daftar kota dengan kualitas hidup terbaik di dunia oleh Mercer, dan peringkat sebelumnya (III) dalam inovasi oleh 2thinknow sebagai Kota Inovasi 2009. 

Bursa Saham Amsterdam, bursa saham tertua di dunia, terletak di pusat kota. Tempat-tempat wisata utama Amsterdam, termasuk kanal-kanal bersejarahnya, Rijksmuseum, Museum Van Gogh, Museum Stedelijk, Hermitage Amsterdam, Anne Frank House, Museum Amsterdam, distrik lampu merah, dan kedai kopi ganja, telah menarik lebih dari 3,66 juta wisatawan mancanegara setiap tahun.***

 

 

 

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda