PONTIANAK, SP - Kesultanan Pontianak adalah sebuah Kesultanan Melayu yang didirikan pada 1771 oleh Sultan Syarif Abdurrahman Ibni Alhabib Husein bin Ahmad Alkadrie. Sang sultan diyakini sebagai keturunan Rasulullah dari Sayidina Husin.
Kerajaannya berdiri simpang tiga Sungai Kapuas Kecil dan Sungai Landak. Konon, kerajaan dari anak ulama asal Hadramaut, Yaman ini, berdiri setelah Sultan Syarif Abdurrahman Ibni Alhabib Husein bin Ahmad Alkadrie, menumpas kuntilanak-kuntilanak yang gentayangan di Sungai Kapuas, terutama di kawasan Batu Layang. Kala itu, sultan sedang mencari pemukiman baru dalam perjalanannya dari Kerajaan Mempawah yang diperintah oleh Opu Daeng Manambon .
Daeng Manambon yang masih berdarah bangsawan Bugis-Luwu di Sulawesi Selatan yang juga Raja Mempawah, adalah mertua dari Syarif Abdurrahman. Setelah menikahi Utin Tjendramidi, Syarif Abdurrahman mencari pemukuman baru dengan menyusuri Sungai Kapuas. Belakangan, kerajaan tersebut dinamakan Kesultanan Pontianak.
Kata ini merujuk pada penumpasan kuntilanak-kuntilanak dari Sungai Kapuas sehingga pembangunan pemukiman baru tersebut berhasil. Opu Daeng Manambon sendiri adalah keturunan dari raja-raja Kedatuan Luwu, yang memiliki wilayah paling besar, di antara semua kesultanan di Sulawesi Selatan.
Daeng Manambon bersama ayah serta saudara-saudaranya, meninggalkan Tanaluwu kemudian mengembara di tujuh samudera.
Mereka digjaya di laut dan darat. Keberanian mereka tersimbol lewat senjata tradisional badik. Di berbagai kawasan di Kedatuan Luwu, berdiri Tugu Toddopuli Temmalara yang berbentuk badik terhunus. Dua kata ini bermakna “keberanian untuk memperjuangkan kebenaran”.
Itu sebabnya, ayah dan anak-anak diakui oleh banyak kerajaan terutama angkatan-angkatan lautnya. Kesultanan-kesultanan Melayu semisal yang ada di Kalimantan Barat misalnya, segan kepada mereka. Itu sebabnya, Daeng Manambon akhirnya menjadi Raja Mempawah yang belakangan menjadi nenek moyang bagi sultan-sultan Pontianak.(PS)