Opini post authorBob 26 Juli 2021

Memperkuat Imunitas Komunitas dari Lahan Gambut

Photo of Memperkuat Imunitas Komunitas dari Lahan Gambut Roni Antoni, Pegiat Gemawan

 Restorasi Gambut dan Mangrove: Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

Penelitian menunjukkan bahwa lahan gambut memiliki fungsi untuk mencegah perubahan iklim, bencana alam, hingga menjadi penunjang perekonomian masyarakat sekitar. Sehingga menjaga ekosistem gambut akan memberikan manfaat positif bagi manusia.

Dengan total lahan gambut di Kalbar sebesar 1,68 juta hektar, Kalimantan Barat menjadi salah satu provinsi prioritas dalam program restorasi gambut yang digagas pemerintah dengan target restorasi gambut di Kalbar sebesar 149.902 hektar.

Melalui Perpres Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pembentukan Badan Restorasi Gambut (BRG), pemerintah membentuk lembaga non struktural yang bertugas memfasilitasi percepatan pelaksanaan restorasi gambut dampak kebakaran hutan dan lahan yang terjadi pada 2015.

Seluas 2,6 juta hektar hutan dan lahan terbakar hebat saat itu, termasuk lahan gambut di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. BRG dimandatkan untuk melakukan restorasi 2 juta hektar lahan gambut yang rusak di Papua, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat.

BRG diamanatkan melaksanakan restorasi gambut melalui tiga strategi utama: rewetting (pembasahan kembali), revegetasi, dan revitalisasi mata pencaharian.

Strategi restorasi gambut diterjemahkan oleh Deputi III BRG dengan mencanangkan program Desa Peduli Gambut (DPG), yang menjadi kerangka harmonisasi program dan kegiatan di desa gambut sekaligur menjadi alat ukur bersama untuk menentukan kontribusi program dalam pencapaian kemajuan desa. DPG adalah pendekatan berbasis masyarakat untuk restorasi lahan gambut di tingkat tapak.

Pelibatan komunitas dalam program restorasi gambut, setidaknya, menargetkan dua hal: pertama, pencegahan kebakaran lahan gambut; dan kedua, peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat. Target tersebut dicapai dengan menerapkan praktik pertanian berkelanjutan melalui pengelolaan lahan tanpa bakar (PLTB).

Pada tahun 2018, BRG mulai memperkenalkan metode PLTB kepada masyarakat di desa gambut melalui Sekolah Lapang Petani Gambut (SLPG). Di sekolah lapang, petani diajarkan cara mengelola lahan tanpa membakar, membuat pupuk alami, dan merawat tanaman untuk meningkatkan produktivitas tanaman.

Pembelajaran di SLPG kemudian dipraktikkan melalui pembangunan demplot (demonstration plot) mini sebagai media pembelajaran bagi masyarakat petani di desa tersebut. Jenis komoditas yang ditanam di demplot juga beragam. Pada umumnya masyarakat mengembangkan hortikultura seperti jahe, cabai, terong, mentimun, kacang panjang, semangka, jagung, nanas dan sayuran.

Dalam perjalanannya, BRG bertransformasi menjadi BRGM (Badan Restorasi Gambut dan Mangrove) melalui Perpres Nomor 120 Tahun 2020 tentang Badan Restorasi Gambut dan Mangrove.

Perpres ini memperluas cakupan kerja BRGM menjadi memfasilitasi percepatan restorasi gambut dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pada areal restorasi gambut serta melaksanakan percapatan rehabilitasi mangrove di provinsi target. Perpres ini sekaligus memperlihatkan i’tikad serius pemerintah untuk pemulihan lingkungan serta mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Home Gardening: Memperkuat Imunitas dari Pekarangan

Di tengah pembatasan sosial yang diberlakukan untuk memutus penyebaran COVID-19, terdapat kebutuhan untuk melakukan kegiatan yang dapat menjaga ketahanan pangan dan meningkatkan sistem kekebalan rumah tangga melalui nutrisi dan herbal.

Partisipasi masyarakat sangat penting untuk memastikan bahwa lingkungan tidak hanya terlindung dari degradasi lebih lanjut, tetapi juga meningkatkan status sosial dan ekonomi masyarakat, melalui peningkatan ketahanan pangan dan gizi rumah tangga. Karena itu, BRGM berupaya mengembangkan kegiatan home gardening dengan menyediakan sayuran dan rempah-rempah bermanfaat bagi masyarakat di DPG guna membantu meningkatkan imunitas warga.

Gemawan melaksanakan program pengembangan unit home garden bagi masyarakat yang berada di Desa Mandiri Peduli Gambut (DMPG) di dua kabupaten di Kalimantan Barat, yakni Kabupaten Mempawah dan Kubu Raya. Sejak Mei 2021, program ini berlangsung hingga Agustus 2021 dengan dukungan dari UKAid serta Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM)-United Nations Office for Project Services (UNOPS).

Program Pembangunan 30 Unit Home Garden untuk Ketahanan Masyarakat dalam Situasi Pandemi COVID-19 di Lima Desa Peduli Gambut Kalimantan Barat bertujuan meningkatkan ketahanan pangan masyarakat dalam situasi pandemi yang telah berlangsung hampir dua tahun ini serta meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memanfaatkan produksi tanaman mereka sendiri.

Lima DMPG lokasi pelaksanaan program tersebar di dua wilayah administratif, yakni Kabupaten Mempawah dan Kubu Raya. Di Mempawah, lokasi pelaksanaan program berada di Desa Wajok Hilir, Desa Jungkat, dan Desa Galang. Sementara Desa Sungai Nipah dan Desa Kuala Dua menjadi titik pelaksanaan program di Kabupaten Kubu Raya.

Melalui program ini, Gemawan akan mendukung kegiatan berkebun di pekarangan rumah yang berada di atas lahan gambut dengan mengembangkan 6 unit pusat pembelajaran (learning center) dan home garden utama, serta 24 unit support home garden (kebun pekarangan/ mini demplot). Sebagaimana namanya, learning center berfungsi sebagai pusat pembelajaran utama bagi kelompok yang ada di sekitar lokasi learning center, sementara support home garden akan menjadi lokasi implementasi hasil pembelajaran yang diperoleh dalam sekolah lapang.

Program dilaksanakan dengan serangkaian kegiatan, mulai dari sosialisasi dan pendampingan awal, pengembangan home garden, serta asistensi teknis yang melibatkan sejumlah pakar dan akademisi.

Sosialisasi dan pendampingan awal ditujukan untuk membahas detail langkah kegiatan yang akan dilakukan, Dalam implementasinya, home garden akan dibangun di pekarangan warga yang berada di areal gambut. Dari enam unit learning center, tiga unit akan didirikan di tiga desa, sementara tiga unit selebihnya dibangun di pesantren – dua pesantren di Kubu Raya dan satu di Mempawah.

Kemitraan dengan pesantren ini merupakan langkah strategis dalam mengembangkan skema serupa di lembaga sejenis lainnya, menimbang luasnya jejaring pesantren. Selain itu, pesantren memiliki konstruksi sosial yang khas dengan warga di sekitarnya. Harapannya, keberhasilan pembangunan learning center dan home garden di pesantren akan menginisiasi warga di sekitar lingkungan pesantren untuk mereplikasi program pertanian berkelanjutan yang diperkenalkan.

Di setiap learning center dilaksanakan penguatan kapasitas kelompok melalui SLPG dengan menyampaikan metode pengelolaan lahan tanpa bakar (PLTB). Selama ini, PLTB telah terbukti menjadi metode efektif yang dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat dan mencegah kebakaran hutan dan lahan.

Sebanyak 30 kelompok menerima penguatan kapasitas dari pakar bidang kesuburan lahan gambut, pakar pengembangan dan produktivitas tanaman, serta pakar pencegahan dan penanganan hama tanaman. Total 248 orang, terdiri dari 138 laki-laki dan 110 orang perempuan, terlibat secara aktif selama kegiatan.

Pandemi COVID-19 telah memaksa kita untuk “hidup bersama” coronavirus hingga waktu yang masih belum diketahui. Sikap deterministik ini bukan tanpa alasan, karena berbagai ikhtiar kolektif yang diambil masih belum memperlihatkan capaian berarti.

Sehingga jalan terbaik bagi kita adalah menjaga imunitas tubuh melalui asupan gizi dan nutrisi sembari menerapkan protokol kesehatan dalam interaksi sosial. Program pengembangan learning center dan home garden ini diharapkan dapat melahirkan banyak inisiatif serupa untuk mendekatkan akses kepada sumber gizi dan nutrisi. (*)

Berita Terkait

Baca Juga

Komentar Anda